Karena tiap anak itu spesial. Ishaan Nandkisore Awasthi, seorang anak
berusia 8 tahun selalu mendapat masalah di sekolahnya. Nilai akdemisnya di
sekolah selalu buruk. Sudah satu tahun tinggal kelas. Tidak bisa berhitung,
selalu salah dalam menulis dan lambat dalam membaca. Berbeda dengan sang kakak
yang selalu juara di sekolah. Nilai akademis yang bagus dan juara di bidang
olahraga.
Namun, satu yang istimewa dari Ishaan. Dia
bisa menggambar, melukis dan membuat sesuatu yang mungkin tidak bisa dibuat
oleh orang lain. Ishaan senang mengeksplorasi sesuatu. Mengumpulkan ikan kecil
yang ia dapat dari selokan, membuat figurine lengkap dengan rumah kardusnya.
Buruknya nilai akademis Ishaan di sekolah
bukan karena malas, tapi karena ia tidak bisa memahami apa yang diajarkan oleh
guru. Suatu hari, ia bolos. Ia berjalan di tengah kota, sendirian. Hingga
akhirnya ia mengaku pada sang kakak bahwa ia bolos. Ishaan meminta pada
kakaknya untuk menulis surat untuk guru yang menyatakan bahwa hari ini ia
sakit. Karena kasihan, sang kakak menurut.
Serapih apapun menyimpan rahasia, pasti
akan ketahuan juga. Ayah Ishaan mendapati surat izin itu. Mengetahui anaknya
berbohong, Ayah Ishaan pun marah besar. Puncak kemarahannya, Ishaan dimasukan
ke sekolah asrama. Jauh dari tempat tinggalnya. Dengan harapan, Ishaan bisa
menjadi anak yang pintar dan nilai akademisnya menjadi lebih baik.
Hati Ishaan hancur. Ia merasa bahwa
orangtuanya telah 'membuangnya'. Di sekolah asrama, ia berubah 180% derajat.
Ishaan menjadi pendiam, suka melamun, dan marah secara tiba-tiba. Di sekolah barunya,
Ishaan pun tetap tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Efeknya, dia
sering dihukum oleh guru. Penggaris kayu panjang mendarat panas di tangannya dan bersimpuh di luar kelas adalah hukuman-hukuman yang ia terima.
Hingga sampai satu hari, ada seseorang yang
pada akhirnya membuatnya keluar dari semua masalah. Seorang guru kesenian, yang
tidak sengaja menggantikan guru seni yang sedang tidak hadir. Ram Shankar Nikumbh. Guru Nikumbh mengajar dengan gaya yang tidak
biasa. Seketika, ia pun disenangi anak-anak. Namun, tidak dengan Ishaan. Ia
tetap bergeming. Diam. Ia tidak tertarik sedikitpun dengan Guru Nikumbh. Naluri
seninya pun hancur, terbang dan berserak diantara amarahnya sebagai ‘anak yang
dibuang’.
Guru Nikumbh, menangkap
ada yang tidak beres pada Ishaan. Ia mencoba mencari tahu. Menyelidiki
buku-buku tugas Ishaan dan akhirnya ia menemukan fakta bahwa Ishaan memang
berbeda dari anak-anak lainnya. Guru Nikumbh mengunjungi orangtua Ishaan, dan
memberitahukan apa yang sebenarnya terjadi pada anak mereka. Namun, sang Ayah
marah dan menganggap bahwa Guru Nikumbh telah menghina anaknya. Tapi, tidak
bagi sang Ibu. Ibu Ishaan sangat sedih mengetahui apa yang terjadi pada
anaknya.
Guru Nikumbh mencoba
mendekat pada Ishaan. Awalnya Ishaan menolak, namun akhirnya Ishaan pun luluh.
Karena Guru yang sedang berhadapan dengannya mengaku, bahwa dia adalah orang
yang sama-sama memiliki perbedaaan itu. Ishaan dan Guru Nikumbh
mengidap Dyslexia.
----------ooo000ooo----------
Sepertinya sudah lebih
dari 6 kali saya menonton film ini. Namun, tiap kali menonton saya tidak bisa
menahan airmata. Ia tetap saja jatuh. Lewat film ini saya benar-benar banyak
belajar. Diperankan oleh Darsheel Safary (Ishaan) dan Aamir Khan (Guru Nikumbh)
Anak-anak dilahirkan
berbeda. Tidak ada yang sama walaupun saudara kandung sekalipun. Ishaan dan
kakaknya, sebagai contoh. Mereka dilahirkan dari perut yang sama. Namun, mereka
berbeda. Ishaan—seorang anak dengan Dyslexia—berusaha untuk bisa memahami
pelajaran di sekolah. Tapi, pengidap Dyslexia tidak bisa belajar dengan cara
seperti anak-anak normal lainnya. Ia selalu terbalik menulis huruf, salah dalam
membaca, tidak bisa mengukur kecepatan, tidak bisa mengikat tali sepatu, tidak bisa mengancingkan baju, tidak
bisa menangkap bola, dan kekurangan lainnya.
Sedangkan Kakak Ishaan
adalah bintang kelas. Juara di semua bidang studi dan bintang lapangan. Lalu,
bagaimana perlakuan kedua orangtua mereka? Sang Ayah memperlakukan Ishaan berbeda
dengan sang Kakak. Ayah Ishaan selalu memuji si juara kelas dan merendahkan si
Dyslexia.
Saya sendiri memiliki 3 orang
anak yang ketiganya berbeda. Sulung saya cenderung selektif, pendiam, dan tidak
mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Si Tengah terlalu aktif bahkan
cenderung hyperactive, suka bertualang dan mudah beradaptasi dengan orang-orang
baru. Si Bungsu—perempuan – mudah menangis, manja, namun berani. Ya.. ketiganya berbeda walau lahir dari perut
yang sama. Menghadapai ketiganya tidak bisa sama. Saya pun selalu putar otak
untuk bisa menghadapi mereka dengan cara yang sesuai dengan karakter mereka.
(baca mengenal tipe anak)
Banyak quote-quote
inspiratif di dalam film garapan Aamir Khan Production ini. Semuanya sangat menyentuh
dan mungkin jika ditonton oleh para orangtua, mereka akan menangis. Menyadari
betapa anak itu unik.
Dari film ini juga saya
akhirnya tahu bahwa Leonardo Da Vinci, Thomas Alfa Edison, Agatha Christie, dan
Walt Disney adalah orang-orang yang awalnya dianggap ‘idiot’. Mereka memiliki
kekurangan dalam hal akademis, tapi mereka bersinar dibidang lain. Dan kini,
seluruh dunia mengakui kehebatan mereka.
Anak-anak yang tidak
bagus nilai akademisnya, bukan berarti mereka bodoh. Mereka hanya butuh cara
yang ‘pas’ saja. Sadar atau tidak, biasanya anak yang gagal dalam bidang
akademis, mereka menyimpan sesuatu yang luar biasa di bidang lain. Seperti
Ishaan, anak Dyslexia yang luar biasa berbakat. Melukis, menciptakan
benda-benda unik, dan keistimewaan lainnya.
Saya berani merekomendasikan film ini untuk semua orangtua. Sepertinya WAJIB untuk ditonton. Mata kita akan terbuka bahwa ada dunia dalam diri anak yang harus kita mengerti. Kita sebagai orangtua yang harus mengerti anak-anak kita, bukan anak yang harus mengerti orangtua.
Dan... Sudahkah kita mengerti mereka dengan dunia uniknya?
Tulisan ini diikutsertakan dalam Evrinasp Second Giveaway: What Movie Are You?
coba donlot ah nyari
BalasHapustiap anak emang spesial, begitupun orang tuanya
siapin tisu yang banyak ya mbak ^__^
HapusSalah satu film keren yg selalu bikin saya mewek pas nonton. Dan habis baca ini pengen nonton lagi *nyesel filenya kehapus dr lepi :(.
BalasHapusSetuju sama Mak Husna. Nonton film ini, saya juga belajar banyak tentang anak2. Paling tidak, menolong saya memahami tipe anak2 les saya. Nice post Mak ^_^
dan aku udah nonton lebih dari 6 kali pun masih tetep nangis hiks..hikss..
HapusTerimakasih ya mbak udah share tulisannya. Bener banget, tiap anak itu berbeda-beda. Sayangnya nggak semua orang melihat semua itu. Tapi, dibalik kekurangan pasti ada kelebihan yang nggak semua orang tahu. Jadi pengen nonton T.T
BalasHapusYuuk.... ditonton filmnya. Insya Allah ngga bakal nyesel ^__^
Hapusini salah satu film India favorit aku mbak.
BalasHapusnonton ini waktu jaman masih kuliah di Bogor, sebelum ke Jakarta hihi.
karena tiap anak begitu special :')
Waahh... raisa suka fim ini juga. Jadi bekal ya buat jadi ibu ^___^
HapusPingin nonton....inspiratif ini :)
BalasHapussangat inspiratif, ayo nonton teh ^__^
Hapuswah suka nih sama pembahasannya, makanya saya nih suci gak pernah nyamain Alfi sama anak tetangga, tapi anak tetangga yg suka nyama2in, duh jadi kesel sendiri hehe, makasih ya atas artisipasinya
BalasHapusiya teh, jangan pernah sekalipun membandingkan anak. Mereka selalu punya keunikan sendri.
HapusFilm ini bener2 ngabisin sekotak tissue
BalasHapusIni.Dia film.Yang aku cari... thanks Uci
BalasHapusJadi pengen nonton jugaa...
BalasHapusWhuaaa ini sih lengkap pisan reviewnya mbak :v
BalasHapusAku pernah nonton film ini sekitar thn 2013.sedih banget.
BalasHapuspunya sih filmnya..tapi subtitlenya pas mau ending..paa lomba lukis gak ada..bikin nyesek..
BalasHapus