Salah satu bahasan yang saya suka adalah tentang bisnis. Tapi bukan bisnis yang berat banget macam jualan saham atau properti mewah gitu. Saya suka sekali membincangkan tentang bisnis kecil dan menengah yang sekarang ini tengah booming. Menurut saya geliat wirausaha dari masyarakat makin tinggi. Seiiring meningkatnya perilaku konsumtif dari masyarakat, pertumbuhan UKM pun makin meningkat.
UKM di tanah air kita menurut saya lebih banyak didominasi oleh kuliner. Walau ngga sedirkit juga yang bergerak di bidang fashion. Dan, hampir semuanya sangat kreatif. Para UKM memutar otak bagaimana mereka bisa menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada. Disitulah kreatifitas mereka diuji. Kalau cilok tampilannya biasa aja seperti yang dijual abang-abang yang lewat di depan rumah, tentu ngga ada nilai lebihnya. Tapi, kalau dikemas dengan kemasan yang lucu, unik, apalagi bisa tahan lama, itu yang akan jadi nilai plus.
Bahasan soal UKM ini makin menarik saja ketika saya menghadiri sebuah acara dialog di SMESCO. Acara yang mengambil tema 'Menguji Ketangguhan Daya Saing UKM di Pasar Global' ini dihadiri oleh para praktisi UKM yang sudah berhasil menjalankan bisnisnya hingga berkembang besar. Mereka sudah merasakan segala rasa dalam menjalankan bisnis, mulai dari anggapan bahwa produk yang mereka buat kurang bagus, sampai pujian karena produk mereka akhirnya bisa diakui negara lain.
Dimoderatori oleh mantan pelawak yang juga mantan anggota dewan, Dedi Gumelar alias Miing. Acara dialog pun berjalan dengan santai. Narasumber pertama adalah Ahmad Zabidi selaku Presiden Direktur LLP KUKM yang membuka sekilas pandang tentang perkembangan UKM di tanah air saat ini. Harus kita akui bahwa keberadaan UKM kita saat ini sungguh berbeda dengan beberapa tahun silam. Saat ini, geliat wirausaha tanah air berkembang sangat pesat.
Kalau mau dibuat list, UKM yang bergerak di bidang kuliner jumlahnya saja sudah ribuan. Belum lagi yang bergerak di bidang fashion dan indistri kreatif lainnya. Perkembangan pesat ini didasari dari pola konsumtif yang makin tinggi juga. Dan itulah yang dimanfaatkan oleh para pelaku UKM untuk membuka bisnis mereka.
Dalam dialog ini, hadir Bapak Buyung, pengusaha manisan mangga yang berasal dari Cirebon berbagi pengalaman dalam menjalankan usahanya. Menurut Pa Buyung, ide membuat manisan mangga ketika ia merasa sedih melihat hasil panen mangga yang selalu melimpah, namun tidak banyak dikonsumsi. Alasannya karena di daerah tempat tinggal Pa Buyung hampir semua masyarakat memiliki pohon mangga, sehingga masyarakat pun bosan. Akhirnya, mangga-mangga tersebut membusuk. Dari situlah Pa Buyung berinisiatif membuat manisan mangga.
Soal distribusi, produk hasil olahan Pa Buyung kini sudah diekspor hingga ke Jepang. Itu merupakan pencapaian yang luar biasa karena jarang sekali produk tanah air bisa tembus di pasar Jepang. Jepang memiliki standar yang tinggi, sehingga tidak sembarang produk dari luar bisa masuk. Tapi, berkat ketekunan Pa Buyung, produk manisan mangganya bisa menembus bahkan digemari di Jepang.
Menurut Pa Buyung, untuk bisa menembus pasar Jepang, ada serangkaian tes yang harus dijalani seperti tes dari Sucofindo, GMO, HCCP, hingga izin P-IRT. Semuanya hasil tes harus dinyatakan baik untuk bisa selanjutnya dikirim ke Jepang.
Kabar baiknya, bagi UKM yang membutuhkan tes seperti yang dilakukan Pa Buyung. SMESCO sudah menyiapkannya. Jadi, kita hanya tinggal datang saja ke SMESCO dengan membawa produk dan kelengkapan yang lain.
Selain Pa Buyung, hadir juga Ir. Sholihin, pengusaha kosmetik yang juga Ketua Harian Kosmetika Indonesia. Ir.Sholihin mengatakan bahwa sebenarnya produk kita pun tidak kalah saing dengan produk luar. Masalahnya, banyak pelaku UKM yang belum percaya diri serta kurang tahu apa yang diinginkan pasar internasional. Sebut saja soal packaging. Masih banyak UKM kita yang masih kurang aware soal kemasan produknya. Oleh karena itu, UKM harus lebih jeli lagi melihat kemauan pasar, apalagi jika ingin produknya itu dipasarkan di luar negeri.
Bagi saya, UKM tanah air saat ini sudah cukup menggembirakan. Saya bisa dengan mudah menemukan kopi siap minum homemade dengan kemasan yang cantik, rendang siap makan yang bisa bertahan hingga berbulan-bulan, sampai jus-jus siap minum dengan packaging yang bagus.
Semoga, UKM tanah air kita akan terus berkembang dan makin baik. Sehingga mereka bisa bersaing dipasar global dengan produk-produk luar negeri. O iya, maju dan tidaknya UKM kita sangat bergantung pada kita kita loh. Mulai saat ini, mari kita lebih gencar untuk menggunakan produk lokal. Kalau makin banyak yang menggunakan produk lokal, tentu UKM kita juga akan lebih maju.
Dimoderatori oleh mantan pelawak yang juga mantan anggota dewan, Dedi Gumelar alias Miing. Acara dialog pun berjalan dengan santai. Narasumber pertama adalah Ahmad Zabidi selaku Presiden Direktur LLP KUKM yang membuka sekilas pandang tentang perkembangan UKM di tanah air saat ini. Harus kita akui bahwa keberadaan UKM kita saat ini sungguh berbeda dengan beberapa tahun silam. Saat ini, geliat wirausaha tanah air berkembang sangat pesat.
Kalau mau dibuat list, UKM yang bergerak di bidang kuliner jumlahnya saja sudah ribuan. Belum lagi yang bergerak di bidang fashion dan indistri kreatif lainnya. Perkembangan pesat ini didasari dari pola konsumtif yang makin tinggi juga. Dan itulah yang dimanfaatkan oleh para pelaku UKM untuk membuka bisnis mereka.
Dalam dialog ini, hadir Bapak Buyung, pengusaha manisan mangga yang berasal dari Cirebon berbagi pengalaman dalam menjalankan usahanya. Menurut Pa Buyung, ide membuat manisan mangga ketika ia merasa sedih melihat hasil panen mangga yang selalu melimpah, namun tidak banyak dikonsumsi. Alasannya karena di daerah tempat tinggal Pa Buyung hampir semua masyarakat memiliki pohon mangga, sehingga masyarakat pun bosan. Akhirnya, mangga-mangga tersebut membusuk. Dari situlah Pa Buyung berinisiatif membuat manisan mangga.
Soal distribusi, produk hasil olahan Pa Buyung kini sudah diekspor hingga ke Jepang. Itu merupakan pencapaian yang luar biasa karena jarang sekali produk tanah air bisa tembus di pasar Jepang. Jepang memiliki standar yang tinggi, sehingga tidak sembarang produk dari luar bisa masuk. Tapi, berkat ketekunan Pa Buyung, produk manisan mangganya bisa menembus bahkan digemari di Jepang.
Menurut Pa Buyung, untuk bisa menembus pasar Jepang, ada serangkaian tes yang harus dijalani seperti tes dari Sucofindo, GMO, HCCP, hingga izin P-IRT. Semuanya hasil tes harus dinyatakan baik untuk bisa selanjutnya dikirim ke Jepang.
Kabar baiknya, bagi UKM yang membutuhkan tes seperti yang dilakukan Pa Buyung. SMESCO sudah menyiapkannya. Jadi, kita hanya tinggal datang saja ke SMESCO dengan membawa produk dan kelengkapan yang lain.
Selain Pa Buyung, hadir juga Ir. Sholihin, pengusaha kosmetik yang juga Ketua Harian Kosmetika Indonesia. Ir.Sholihin mengatakan bahwa sebenarnya produk kita pun tidak kalah saing dengan produk luar. Masalahnya, banyak pelaku UKM yang belum percaya diri serta kurang tahu apa yang diinginkan pasar internasional. Sebut saja soal packaging. Masih banyak UKM kita yang masih kurang aware soal kemasan produknya. Oleh karena itu, UKM harus lebih jeli lagi melihat kemauan pasar, apalagi jika ingin produknya itu dipasarkan di luar negeri.
Bagi saya, UKM tanah air saat ini sudah cukup menggembirakan. Saya bisa dengan mudah menemukan kopi siap minum homemade dengan kemasan yang cantik, rendang siap makan yang bisa bertahan hingga berbulan-bulan, sampai jus-jus siap minum dengan packaging yang bagus.
Semoga, UKM tanah air kita akan terus berkembang dan makin baik. Sehingga mereka bisa bersaing dipasar global dengan produk-produk luar negeri. O iya, maju dan tidaknya UKM kita sangat bergantung pada kita kita loh. Mulai saat ini, mari kita lebih gencar untuk menggunakan produk lokal. Kalau makin banyak yang menggunakan produk lokal, tentu UKM kita juga akan lebih maju.
Harus siap mba, demi masa depan Indonesia saya bilang mah, biar ga ketergantungan produk asing mulu
BalasHapus