Kejadiannya memang diluar dugaan. Namanya juga
musibah, kita tidak akan pernah bisa memprediksi kapan itu terjadi. Saat
musibah itu berlalu, barulah introspeksi diri.
Saat suami memberikan smartphone sebagai
hadiah ulang tahun, rasanya exicited sekali. Walau awalnya males pake
smartphone segala karena khawatir keasyikan dengan aplikasi-aplikasi
didalamnya, akhirnya saya terima juga smartphone yang memang tidak terlalu
mahal itu. Dalam hati berjanji, kalau smartphone ini akan saya gunakan
semaksimal mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat. Saya minta izin untuk dagang
online. Suami pun sama sekali tidak melarang, malah dia antusias sekali
mendengar permintaan saya.
Beberapa orderan mulai saya dapatkan. Saya
makin semangat menjalankan pekerjaan baru ini. Bolak-balik ke jasa kurir
menjadi keseharian saya. Pokonya saya sangat senang dagang online.
Sampai akhirnya saya dan suami memutuskan
untuk membuka toko offline. Aktivitas saya pun bertambah. Jaga toko offline
sambil tetap menjalankan toko online. Jika ada orang yang datang ke toko walau
hanya nanya-nanya aja, rasanya senang banget. Berharap nanti orang itu kembali
lagi dan membeli beberapa potong baju yang saya jual.
Melihat peluang yang ada, saya pun meminta
adik saya untuk join. Bukan untuk jualan baju, tapi untuk memanfaatkan teras
toko yang kosong. Saya memintanya untuk jualan es yang sedang booming dan
diminati semua usia. Jadilah, adik saya membuka booth di teras toko.
Yang awalnya saya harus buka tutup toko jika
sore, karena mengurus anak-anak. Dengan adanya adik saya, saya tidak perlu lagi
buka tutup. Sangat membantu sekali kehadirannya.
Hingga kejadian itu terjadi...
Adik saya harus menghadiri undangan pernikahan
temannya. Saya pun sendiri jaga toko plus jaga boothnya. Saat saya sedang
menyelesaikan tilawah, tiba-tiba ada 2 orang perempuan datang. Seorang
perempuan sekitar 36 tahun berbadan gemuk, berkaca mata, mengenakan jilbab dan seorang gadis dengan
kisaran usia 21 tahun dengan tubuh yang tinggi berkulit putih, berambut ikal,
berjerawat dan terlihat sangat manja. Gadis itu bahkan tidak melepas masker di
wajahnya hanya menurunkannya dan membiarkan masker itu bertengger di dagunya.
Kedua perempuan itu memesan es. Saya pun sibuk membuatkannya. Saat itu saya
lupa membereskan dompet yang berserak diatas meja. Smartphone pun ada didalam
dompet itu. Saat saya sibuk membuatkan es, perempuan 36 tahun melihat-lihat
baju yang saya jual sambil bertanya. Gadis 21 tahun berdiri melihat saya yang
sibuk dengan es walau sesekali ia masuk dan melihat-lihat baju.
Saya sama sekali tidak merasakan hal-hal yang
negatif dari keduanya. Saat es pesanan mereka selesai saya buat, mereka
membayar. Tapi tiba-tiba... bruuukk. Es yang telah saya bungkus dengan kantong
plastik terjatuh. Gelas plastik yang menjadi wadah itupun pecah. Akhirnya saya
pun membersihkan es yang terserak. Saya tidak tahu apa itu memang disengaja dan
menjadi modus mereka, atau memang gadis 21 tahun itu tidak sengaja meletakannya
terlalu pinggir jadi mudah jatuh.
Perempuan 36 tahun itu membeli 2 potong baju.
Setelah membayar, uangnya tidak langsung saya letakkan didalam dompet. Saya
hanya mengantonginya di saku baju. Tidak seperti biasanya, uang hasil dagangan biasanya langsung saya masukkan kedalam dompet tapi saat itu saya hanya memasukkan ke saku baju.
Setelah kedua wanita itu pergi, saya pun
mengeluarkan uang dari saku baju. Betapa terkejutnya saya, karena dompet
berwarna hijau dengan panjang kira-kira 20cm itu sudah tidak ada diatas meja.
Saya pun berusaha tenang. Mungkin terjatuh, batin saya. saya mencoba menyisir
seluruh sudut toko, tapi hasilnya, saya tidak menemukan dompet itu.
Saya pun terduduk. Pandangan pun menerawang.
Mencoba kuat tapi akhirnya air mata saya tetap jatuh. Pikiran saya pun bermain,
menerka-nerka apakah ini ‘teguran’ (lagi). Jika ingat beberapa kejadian yang tidak
baik yang saya alami, (pasti) saat itu saya sedang marah dengan suami. Motor
yang saya kendarai terpeleset, terserempet mobil pick up, kehilangan uang dari
saku baju, keseleo dan beberapa kejadian yang tidak baik. Semuanya terjadi saat
saya sedang marah dengan suami.
Saya sadar inilah teguran dari Alloh. Sambil
berusaha introspeksi diri, setelahnya saya pun minta maaf. Sadar bahwa ini
adalah kesalahan saya.
Tapi,
setelahnya pun saya bersyukur. Saya yakin seluruh kejadian yang tidak
mengenakkan itu adalah bukti kasih sayang Alloh. Alloh tidak ingin saya menjadi
istri yang tidak shalihah. Dengan
kejadian ini saya serasa ‘disentil’. Alloh menginginkan saya introspeksi,
muhasabah.
Saya bersyukur Alloh masih mau menegur
kesalahan saya. Sesuai dengan permohonan di tiap-tiap doa yang saya panjatkan.
Saya berharap teguran ini menjadi penggugur dosa-dosa saya yang menggunung.
Mungkin Alloh inginnya, saya tidak membawa dosa saat saya berjumpa denganNya.
Makanya, seluruh dosa-dosa saya hukumannya ditunaikan di dunia. Berharap di
akhirat, saya bersih dari dosa. Sungguh, cara yang sangat indah, yang Alloh
berikan untuk saya.
Musibah-musibah itu membuat saya sadar akan
Kasih Sayang yang Alloh berikan untuk tiap-tiap hambanya yang beriman. Musibah
pun berubah menjadi anugrah bagi saya. Anugerah karena inilah cara Alloh
mencitai saya. ‘Menyentil’ sedikit kuping ini agar selalu sadar bahwa kemuliaan
seorang istri apabila ia mampu membuat suaminya merasa tenang.
Dan saya pun berusaha....
Bekasi @night
Friday 09052014