(artikel online pertama saya yang diterbitkan)
dakwatuna.com - Sebagai makhluk yang Allah beri kesempurnaan fisik dan akal, manusia tidak pernah lepas dari ujian. Setiap manusia yang hidup pasti pernah merasakan ujian. Baik ujian yang baik atau buruk.
Musibah merupakan bentuk dari ujian yang Allah hadirkan di tengah kehidupan di dunia. Bukan tanpa sebab Dia memberikannya, karena selalu ada hikmah yang terselip setelahnya. Dan, kebanyakan dari kita selalu menyadarinya setelah musibah itu berlalu.
Sakit, kehilangan harta dan kehilangan orang-orang tercinta adalah beberapa musibah yang sering kita alami. Saat sakit menghampiri, sesungguhnya Allah sedang menggugurkan dosa-dosa kita. Jika bersabar menerimanya, Allah pun akan mendatangkan keberkahan-Nya.
Tidak ada salahnya jika berdoa memohon kesembuhan, tapi bukankah lebih elok jika doa yang kita panjatkan adalah mohon diberi kesabaran yang lebih banyak dalam menghadapai penyakit. Karena Allah berfirman: Innallaha Ma’ashabirin, Allah beserta orang-orang yang sabar.
Bagaimana jika musibah itu berupa kehilangan harta benda? Kebanyakan orang berpikir, harta benda yang mereka dapatkan adalah karena kerja kerasnya di dunia. Tatkala harta yang mereka kumpulkan hilang atau habis, mereka akan frustasi. Menyiksa diri sendiri dan menyesali takdir.
Allah-lah yang memberikan harta untuk kita. Allah pulalah yang berhak mengambilnya kembali jika Dia sudah berkehendak. Apapun yang kita usahakan untuk menjaga harta benda kita di dunia agar tidak hilang dan habis, jika Allah menginginkan semuanya lenyap maka tidak ada satupun yang berkuasa menghalanginya.
Semua yang ada di dunia merupakan titipan. Ibarat sebuah benda yang dititipkan kepada kita, jika sang pemilik memintanya kembali, apakah kita berhak menahannya? Tentu tidak. Yang harus kita lakukan adalah mengembalikannya, bukan? Begitupun dengan harta yang kita miliki. Semuanya adalah titipan yang harus dijaga sebaik-baiknya.
Musibah demi musibah yang mewarnai kehidupan manusia boleh jadi adalah bukti dari kasihsayang Allah. Banyak cara Allah membuktikan cinta-Nya kepada kita, salah satunya dengan memberikan musibah. Musibah yang datang silih berganti janganlah kita anggap sebagai takdir buruk. Sebagai orang beriman, maknailah musibah itu dengan bijak.
Jika musibah menimpa diri kita, ingatlah bahwa saat itu Allah sedang menunjukan cinta-Nya. Allah ingin kita bersabar. Karena dengan kita bersabar, Allah akan memberikan keberkahan. Allah ingin menggugurkan dosa-dosa kita yang menggunung tinggi. Dosa-dosa yang ditumpuk tanpa kita sadari. Allah ingin kita berdoa pada-Nya. Memohon dan meminta. Allah ingin kita bersujud, menderaikan airmata yang kita punya hanya untuk-Nya.
Allah menghadirkan musibah bukan karena Dia benci. Tapi karena cinta-Nya terlalu besar untuk kita. Musibah yang Allah datangkan tidak seberapa bila dibandingkan dengan musibah yang Allah hadirkan untuk Rasulullah dan para sahabat. Ya, jangan bandingkan diri kita yang kerdil dengan Rasulullah dan umat terdahulu. Karena, kita tidak ada apa-apanya.
Jadikan musibah yang menerpa kehidupan sebagai muhasabah diri. Melihat lebih dalam dosa-dosa yang ditabung tanpa kita sadari. Yakinkan dalam hati, bahwa musibah adalah cara Allah menyayangi kita. Berdoa dan bersabarlah. Insya Allah akan lapang hati kita dalam menghadapinya.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/05/28/52094/membuat-musibah-menjadi-anugerah/#ixzz32zVcI3kL
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.