“Bang, ayo ngaji” Bunda membuka pintu kamar. Sehabis shalat
shubuh dengan abi, Abdan langsung masuk kamar.
“Hoaaaammm.... ngantuk banget, bun. Nanti sore aja.” Mulut
abdan terbuka lebar. Abdan menggeliat dan mengucek mata. Sepertinya Abdan
mengantuk berat. Ia mulai rebahan dan menutup mata.
Bunda menghembuskan nafas. Hanya bisa mengelus dada dengan
jawaban Abdan. Bunda tidak ingin memaksa Abdan untuk mengaji, tapi Bunda akan
terus memintanya sampai ia mau mengaji di rumah.
Abdan terbangun. Diraihnya jam mungil dari atas meja
belajar. Abdan gelagapan. Ia terlambat bangun. Waktu sudah menunjukan pukul
06.30. Bel sekolah akan berbunyi di pukul 07.00. Itu artinya, Abdan hanya punya
waktu 30 menit untuk bersiap-siap.
“Bunda.... ko ga bangunin aku, sih. Aku terlambat, nih.”
Gerutu Abdan sambil menyambar handuk dan berlari ke kamar mandi. Bunda sedang
mencuci piring dan gelas bekas sahur tadi.
“Kan, bunda udah pernah bilang. Kalo habis shalat shubuh ga
usah tidur lagi. Mending tadi ngaji. Jadi, kan, ga terlambat kaya gini.” Bunda
tersenyum tipis.
BYURRRR.....BYURRRR
Suara air dari kamar mandi terdengar sekali. Abdan mandi
dengan tergesa-gesa. Tidak sampai 5 menit ia sudah keluar dari kamr mandi.
Bergegas masuk kamar dan bersiap diri.
“Abang pergi dulu ya, bun. Assalamu’alaikum...” Abadn
mencium tangan bunda sekenanya. Bunda hanya geleng-geleng melihatnya.
“Wa’alaikumussalam, hati-hati ya, nak.” Bunda memberi pesan.
Abdan berlalu dengan jemputan ojeknya. Bunda kembali
melanjutkan pekerjaan rumah yang masih tersisa.
Siang hari. Bunda duduk bersandar pada sofa hijau lembut
favoritnya. Matanya menerawang menatap langit-langit rumah yang putih bersih.
Bunda berpikir untuk mencari cara agar Abdan mau mengaji dirumah dengan senang
hati. Abdan memang ikut TPA tapi bunda ingin Abdan juga mengaji dirumah.
“O..iya...” Seru bunda tiba-tiba. Bunda teringat pada Bu
Hanim, teman mengajinya. Beberapa waktu yang lalu Bu Hanim sempat menawarkan
Syamil Qur’an untuk anak-anak. Desainnya bagus. Tapi, karena belum ada uang
Bunda jadi urung membelinya. Kini, sepertinya uang bunda sudah cukup.
“Terimakasih ya bu Hanim, sampe dianterin kerumah,
Al-Qur’annya.” Ucap bunda sambil tersenyum setelah Bu Hanim datang mengantarkan
pesanan bunda.
“Sama-sama bu, moga bermanfaat ya. Saya pamit dulu,
Assalamu’alaikum” Bu hanim melaju dengan motornya. Bunda membalas salam dan
melambaikan tangan.
“Semoga dengan ini, Abang jadi semangat ngaji dirumah.”
Bunda tersenyum. Bunda meletakan Qur’an baru itu di atas tempat tidur Abdan.
Hatinya senang.
Bunda menunggu Abdan sambil melanjutkan tilawah hari ini.
“Assalamu’alaikum....” Abdan mengucap salam dan mencium
tangan bunda. Diletakkannya tas yang sedari tadi bertengger di pundaknya.
“Walaikumussalam, anak sholeh udah pulang. Langsung ganti
baju, ya” Pinta bunda. Abdan menyeret tasnya dengan malas. Sepertinya hari ini
Abdan lelah sekali.
Abdan masuk kamar. Betapa terkejutnya ia melihat sebuah
Al-Qur’an baru di atas tempat tidur. Abdan mengusap-usap dan menciuminya.
“Cakeep banget. Ini punya siapa ya?” gumam Abdan. Ia membuka
lembar pertama. Abdan mendapati secarik kertas bertuliskan
“UNTUK ANAK BUNDA YANG SHOLEH. SEMOGA SEMANGAT NGAJINYA,
YA...SAYANG. DARI BUNDA YANG SAYANG ABDAN SELALU”
Abdan tersenyum. Bahagia sekali. Tiba-tiba ia terharu dan
hampir menngis. Ia akan mengucapkan terimakasih pada Bunda nanti. Abdan ke
kamar mandi dan wudhu, ia berjanji dalam hati untuk mengaji dirumah tiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.