Pregnancy Story : Bukan Kehamilan Istimewa

Biasanya, hamil itu anugerah yang paling indah dan memorable bagi perempuan. Banyak cerita bahagia terurai dari perempuan yang hamil. Melewati proses hamil yang bagi sebagian perempuan berat dan sebagaian lagi sangat menyenangkan. Tidak sabar melihat seperti apa wajah bayi yang tinggal 9 bulan dalam perut. Mempersiapkan keperluan bayi dan masih banyak lagi hal yang menyenangkan.

Namun, tidak bagi saya, saat itu. Saya tidak menginginkan hamil (lagi). Dan, fase itu bukanlah kehamilan yang istimewa. Ada alasan kenapa saya tidak ingin hamil dan menyesali kehamilan yang terjadi.


Saat itu, saya sedang merintis usaha. Saya sangat antusias dengan dibukanya usaha yang memang saya impi-impikan. Tapi, semuanya terhambat ketika saya tahu bahwa saya hamil.

Saya telah memiliki dua anak laki-laki. Salah satunya masih berusia 2 tahun. Itu juga jadi alasan mengapa saya sangat tidak menginginkan hamil lagi. Saya masih belum siap. 

Tiap hari saya hanya bisa menangis. Menyesali. Karena, dengan hamil lagi pastinya akan membuat saya tidak maksimal menjalankan bisnis yang baru saya rintis. Sampai pada puncak kekesalan saya, saya mendatangi salah satu bidan. Saya ungkapkan kenapa saya tidak ingin hamil. Intinya pada saat itu, saya ingin agar "gumpalan darah" di dalam perut saya menghilang.

Apa yang saya dapat dari bidan itu? Ceramah. Ya.. saya malah dapat nasehat. Bidan itu malah bercerita betapa ia ingin hamil lagi tapi sulit. Ada yang Allah kasih kemudahan untuk hamil malah disia-siakan. Saya sempat menagkap ekspresi sedihnya. Sedih karena harus berhadapan dengan perempuan menyedihkan macam saya. Pembicaraan dari hati ke hati itu pun membuat saya kembali merenung. Sebenarnya dalam hati kecil, saya tidak ingin melakukan hal bodoh itu.

Kembali ke rumah. Saya mulai berusaha "menerima". Jika memang bisnis yang baru seumur jagung itu tidak bertahan, maka saya harus ikhlas. Dan... akhirnya saya memang harus melewati fase hamil (lagi) dan menikamti tiap kejutannya.

Kehamilan yang ketiga ini cukup melelahkan. Morning Sickness yang parah dan benci semua yang awalnya sangat saya suka. Pisang adalah buah yang sangat sangat saya suka. Diolah apapun, pisang tetap jadi favorit saya. Namun, seketika saya menjadi sangat benci dengan buah itu. Jika tercium bau pisang, apalagi pisang goreng, saya akan muntah dan pusing. Begitu juga dengan teh, sebelum hamil, biasanya tiap pagi saya akan minum teh manis hangat, apalagi jika tehnya itu berbentuk bubuk. Tapi, ketika hamil saya pun akan pusing dengan baunya apalagi jika sampai minum, maka saya akan muntah.

Saya tetap melewati fase itu. Saya tidak kaget dengan apa yang terjadi, karena itu bukan kehamilan pertama. Sampai pada akhirnya saya benar-benar "menerima" calon bayi itu, saya pun mendapatkan kejutan. Anak pertama dan kedua saya adalah laki-laki hingga saya sangat ingin anak ketiga ini berjenis kelamin perempuan. Dan, USG membuktikan bahwa bayi yang mendiami perut saya adalah seoang bayi perempuan.

Hingga saatnya persalinan, bayi itu terlihat sangat cantik. Sempurna. Saat IMD, saya pun hanya bisa menangis. Selain menangis bahagia karena sudah berhasil melewati persalinan dengan baik, saya pun menangisi kebodohan saya saat itu. Saat saya memang tidak siap hamil bahkan berusaha menafikan bayi itu. Jika dulu, saya benar-benar melakukan hal bodoh itu, saya pasti termasuk orang yang rugi dan menyesal. Menyesal karena tidak bisa melihat bayi cantik yang hari ini menemani hari-hari saya.

(dok. pribadi)

Saat ini, saya memang harus ikhlas karena bisnis impian saya harus kandas. Tapi, saya telah mendapatkan pengganti yang jauh lebih berharga. Dan, bayi permpuan inilah yang paling berharga lebih dari apapun. Soal bisnis, saya percaya akan ada waktunya saya mewujudkannya kembali.

How Beautiful You Are (dok. pribadi)

[Risalah Husna]