“Kakak... ayo belajar! Kalo ga belajar nanti ga bisa naik
kelas.”
“Ade... Mainnya jangan berantakan! Kan, bunda cape tiap hari
beresin mainan terus.”
Pernah mendengar kalimat seperti itu? atau mungkin pernah
kita ucapkan pada anak-anak kita? Begitulah kebanyakan orangtua. Pola asuh yang
saat ini masih dipertahankan. Memerintah, melarang dengan ancaman dan berbagai
seruan bernada kasar. Orangtua masih beranggapan bahwa merekalah orang pertama
yang patut ditaati dan dihormati. Akibatnya banyak anak yang akhirnya menjadi pembangkang.
Pola asuh yang seperti ini memang masih banyak dipegang
teguh oleh kebanyakan orangtua. Hanya sedikit yang bisa merubahnya menjadi pola
yang lebih lunak dan bersahabat. Ada alasan mengapa pola asuh seperti ini masih
dipertahankan dalam hal pengasuhan anak.
Pertama, pola asuh yang dipakai oleh
orangtua kita dalam membeasarkan kita. Sangat mungkin terjadi jika kita diasuh
dalam asuhan yang keras dan tegas, kita pun akan mengasuh dan menerapkan pola
itu pada anak-anak kita. Jika kecil kita sering dibentak, pasti dengan mudah
kita membentak anak-anak kita. Pola itu seakan telah membentuk karakter kita
menjadi keras dan mudah marah. Mungkin sikap seperti itu bisa melunak jika kita
mendapatkan pasangan yang lembut.
Kedua, kecenderungan untuk menjadi pemimpin. Pemimpin
biasanya dihormati dan ditaati. Kecenderungan seperti ini yang seakan membuat
kita ingin dihormati dan ditaati segala perintahnya padahal anak-anak bukanlah
bawahan kita. Mereka bukanlah orang yang wajib menuruti segala kemauan kita.
Anak-anak adalah aset yang harus dijaga. Diperlakukan dengan baik dan
bersahabat.
Merubah pola asuh menjadi hal penting yang harus kita lakukan
jika menginginkan anak-anak tumbuh menjadi anak yang sopan, lembut dan
luar biasa.
Minimalkan
penggunana kata-kata perintah dan larangan.
Jika kita ingin meminta anak mengerjakan
sesuatu baik untuk dirinya sendiri atau untuk kita, jangan enggan untuk
menggunakan kata “tolong”. Terasa berat mungkin bagi yang belum terbiasa.
Namun, jika ini dijadikan sebuah kebiasan ketika meminta anak melakukan
sesuatu, maka akan terasa ringan mengucapkannya. Kita tidak akan terlihat
rendah di mata mereka. Justru cara ini membuat anak dengan senang hati
melakukan apa yang diminta. Dan, secara tidak langsung mengajarkan anak
perihal sopan santun. Anak akan meniru ucapan kita saat ia hendak meminta
tolong pada temannya atau mungkin pada kita, orangtuanya sendiri.
Sama halnya dengan larangan. Jangan
langsung mengatakan “tidak boleh” tanpa menjelaskan kenapa. Anak selalu
memiliki persepsi sendiri dan terkadang itu berbeda dengan persepsi orangtua.
Jelaskan akibat yang akan timbul jika mereka melakukan sesuatu yang kurang
baik.
Rendahkan
suara dan sejajarkan diri.
Berbicaralah pada anak-anak dengan suara
yang lembut dan ceria. Jika kita terbiasa bersuara keras, tidak ada salahnya
merubah intonasi menjadi lebih bersahabat ketika berbicara pada anak-anak.
Merubah kebiasaan memang tidak mudah namun dengan berusaha, kita pasti bisa
melakukannya. Merendahkan suara pada anak juga akan melatih anak untuk
berbicara pelan pada orang lain.
Posisi yang baik saat berbicara pada anak
adalah dengan menyamakan posisi. Kita bisa bersimpuh agar
wajah kita sejajar dengan anak. Atau, bisa juga mengajaknya duduk bersama.
Posisi ini akan membuat anak merasa nyaman dan menganggap kita lebih bersahabat
dengannya.
Memeluk
dan mencium
Sikap ini juga bisa mengajarkan anak untuk
berkasih sayang. Lewat pelukan anak akan merasa dicintai apalagi jika diiringi
dengan ciuman. Memeluk dan mencium tidak hanya pada saat anak sukses naik kelas
atau berhasil melakukan sesuatu. Pelukan harusnya bisa diberikan setiap saat, bahkan
saat anak melakukan kesalahan sekalipun.
Kebanyakan anak akan merasa takut jika
melakukan kesalahan. Ia akan berusaha menutupi kesalahan itu semampu mereka.
Saat orangtua mengetahui kesalahan yang dilakukan anak, jangan lantas
memarahinya. Bertanya lebih dulu apa yang menyebabkan ia melakukann kesalahan
itu. Bertanyalah dengan nada lembut dan tidak meninterogasi.
Setelah
mendengarkan penjelasannya, barulah kita bisa memberikan nasehat. Sampaikanlah
nasehat yang tidak mengggurui. Dengan begitu, nasehat itu akan mudah terserap
oleh otak anak. Walau terkadang mereka acuh ketika orangtuanya berbicara tapi
sebetulnya mereka mendengarkan dan meresepai tiap ucapan dari lawan bicaranya.
Setelah itu, peluk dan ciumlah mereka. Sikap ini menandakan kita tidak marah.
Peluk dan ciumlah anak-anak sesering mungkin. Anak yang terbiasa dipeluk,
akan menjadi anak yang lembut dan mudah untuk diarahkan.
(Baca : Manfaat Memeluk Anak)
Merubah pola asuh pada anak memang tidak mudah. Terlebih
ketika kita, sebagai orangtua telah menerapkan pola asuh yang otoriter. Namun,
berpindah pada pola asuh yang lebih baik dan bersahabat akan lebih baik. Baik
bagi anak-anak dan juga lingkungannya. Sebagai orangtua pastilah menginginkan
anak yang baik, lembut dan mudah diatur.
Untuk mewujudkan semua itu haruslah ada
usaha dari orangtua. Usaha yang keras untuk menjadikan anak-anak anda lebih
baik. Oleh karena itu, mari kita ubah pola asuh dengan pola yang lebih lembut dan
bersahabat.
Bermanfaat banget
BalasHapusMakasih kang alee
HapusMari kita praktikkan
BalasHapusyuuk.... mari ^___^
HapusSemoga bisa diterapkan oleh para orangtua termasuk aku walau anak-anakku sudah remaja ya. Tks, Mbak Suci. :)
BalasHapusIyes, cara mendidik anak memang harus diperbaharui demi tumbuh kembang anak yg lebih maju.
BalasHapus