Perempuan adalah orang yang paling dekat dan paling bertanggung jawab dalam tumbuh kembang anak. Bukan berarti Ayah tidak punya tanggungjawab. Itu karena, Ayah lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Jadi, semua pengurusan anak biasanya menjadi tanggungjawab seorang ibu. Memerhatikan tumbuh kembangnya agar sesuai dengan tahapan usianya.
Kecukupan gizi pada anak juga menjadi salah satu concern seorang ibu. Bagaimanapun kondisinya, seorang ibu pasti selalu menginginkan anak-anaknya mendapatkan gizi yang baik. Dengan gizi yang tercukupi, diharapkan anak-anak tumbuh secara normal dan sehat. Untuk itulah, ibu menjadi tonggak dan tumpuan dalam menciptakan generasi yang sehat.
Untuk mengedukasi para perempuan dalam hal gizi pada anak, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan Dialog Nasional yang mengangkat tema 'Kurangi Gizi Terselubung Menuai Generasi Hilang' yang diadakan di Aula Prof. Sujudi Gedung Kementrian Kesehatan, di bilangan Kuningan, Jakarta pada tanggal 27 Juli 2016.
Acara dibuka oleh Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K). Prof. Nila mengatakan bahwa peran seorang ibu dalam gizi anak itu sangat penting. Karena, ibulah yang sehari-harinya bersama anak. Sejak dalam kandungan, ibu harus memperhatikan asupan gizinya. Karena, makanan yang ia makan bukan lagi untuk dirinya sendiri tapi juga untuk bayi yang ada di dalam perutnya. Prof. Nila pun berpesan agar seorang ibu terus belajar soal kesehatan anak dan bagaimana menangani anak ketika sakit.
Dialog Nasional ini menghadirkan 4 nara sumber yang kompeten di bidangnya yang masing-masing menyampaikan materi yang sangat bermanfaat. Dr. Rini Sekartini, Pakar Tumbuh Kembang Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM menyampaikan soal dampak pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak yang ditautkan pada peran nutrisi dan stimulasi. Dr. Rini mengatakan bahwa ciri khas anak adalah tumbuh dan kembang. Setiap tahapan usianya ada perkembangan yang terjadi. Baik secara motorik maupun fisiknya. Dan, yang dikatakan sebagai anak adalah dia yang usianya dibawah 18 tahun.
Orangtua juga harus senantiasa memantau gizi pada anak. Memberikan makanan apa saja yang ia suka tanpa mengontrol kandungan makanannya, bukan tindakan yang benar. Karena, pada masa pertumbuhan, anak-anak perlu mendapatkan nutrisi yang seimbang dan baik. Tujuannya, agar tumbuh kembangnya optimal dan terhindar dari berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang rentan pada anak adalah obesitas. Cukup kasus Arya menjadi pelajaran, seorang anak penderita obesitas yang kini harus berjuang menurunkan berat badannya. Dengan bobot yang tidak normal itu, Arya sangat kesulitan melakukan aktivitas hingga ia terpaksa harus berhenti sekolah.
Food Education
Dr. Asih Setiarini menyampaikan materi soal Food Education yang harus diterapkan di sekolah dan rumah. Materi ini tentu saling berhubungan dengan materi sebelumnya. Menurut Dr. Asih, promosi kesehatan dari tahap awal dalam kehidupan dengan mendorong kebiasaan makan sehat dan aktivitas fisik secara teratur, memiliki potensi untuk dampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan selama masa kanak-kanak dan di kemudian hari.
Menurut Dr. Asih, pendidikan gizi di sekolah didesain untuk membantu siswa dalam;
- Meningkatkan 'melek kesehatan' dengan belajar tentang gizi itu penting, manfaat dari makan makanan yang sehat, dan persiapan makanan yang aman.
- Memperoleh keterampilan gizi yang berhubungan, seperti memahami label makanan, memahami informasi gizi, dan mengevaluasi iklan makanan komersial.
- Menilai kebiasaan makan pribadi dengan menggunakan panduan 'piring makanku'.
Food education di sekolah bisa dilakukan dengan berbagai strategi, seperti; newsletter, pameran kesehatan, website sekolah, dan poster yang bisa dipasang secara strategis. Dr. Asih menambahkan bahwa peran perempuan dalam hal gizi anak ini memang sangat penting. Lingkungan rumah sangat mempengaruhi perilaku makan anak. Jadi, orangtua harus menjadi panutan agar anak pun bisa mencontoh. Seorang ibu memiliki peran yang sangat besar dalam kebiasaan makan anak mulai dari pemilihan jenis makanan, kuantitas, dan kualitas makanan.
Asupan makanan yang dikonsumsi seorang anak sangat berpengaruh pada kesehatannya. Ibu Saptawati Bardosono dari Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM, menyampaikan materi soal Kaitan Asupan Makanan di Usia Dini dengan Meningkatnya Penyakit Jantung-Pembuluh Darah dan Kanker di Usia Muda. Menurut Ibu Saptawati, penyakit jantung kini bukan saja di derita oleh orang lanjut usia. Seseorang dengan usia produktif dan muda pun berpotensi mengidap penyakit-penyakit tersebut.
Semua berawal dari pola hidup dan pola makan sejak kecil. Jadi, memang sebaikanya ada kontrol dari orangtua terutama ibu dalam memberikan makanan bagi anak. Mengurangi konsumsi beras yang digadang-gadang sebagai sumber karbohidrat. Ibu bisa menggantinya dengan karbohidrat yang lain seperti jagung dan umbi-umbian.
Dalam masa pertumbuhan, anak membutuhkan nutrisi dalam perkembangan otaknya. Nutrsi untuk otak sangat berpengaruh pada kecerdasannya di kemudian hari. Menurut Ratna Djuwita, ahli gizi dari Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, anak-anak di Indonesia masih kekurangan omega 3 dan juga asam lemak tidak jenuh ganda.
Penyebab kurangnya omega 3 pada anak karena mereka memang kurang sekali mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung omega 3. Sumber makanan yang banyak mengandung omega 3 adalah ikan. Padahal negara kita adalah negara maritim yang hasil lautnya melimpah ruah tapi anak-anak Indonesia malah jarang sekali makan ikan. Miris.
Jika kebutuhan omega 3 dan asam lemak pada anak terpenuhi, tentu perkembangan otaknya pun akan sangat baik. Jika tidak, maka mereka pun akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang terutama otaknya. Setidaknya dalam seminggu, anak-anak harus mengkonsumsi ikan sebanyak 3 kali untuk memenuhi kebutuhan nutrisi otak.
-----
Dalam masa pertumbuhan, anak membutuhkan nutrisi dalam perkembangan otaknya. Nutrsi untuk otak sangat berpengaruh pada kecerdasannya di kemudian hari. Menurut Ratna Djuwita, ahli gizi dari Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, anak-anak di Indonesia masih kekurangan omega 3 dan juga asam lemak tidak jenuh ganda.
Penyebab kurangnya omega 3 pada anak karena mereka memang kurang sekali mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung omega 3. Sumber makanan yang banyak mengandung omega 3 adalah ikan. Padahal negara kita adalah negara maritim yang hasil lautnya melimpah ruah tapi anak-anak Indonesia malah jarang sekali makan ikan. Miris.
Jika kebutuhan omega 3 dan asam lemak pada anak terpenuhi, tentu perkembangan otaknya pun akan sangat baik. Jika tidak, maka mereka pun akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang terutama otaknya. Setidaknya dalam seminggu, anak-anak harus mengkonsumsi ikan sebanyak 3 kali untuk memenuhi kebutuhan nutrisi otak.
-----
Acara ini merupakan rangkaian acara dalam menyambut Hari Anak Nasional. Dihadiri oleh berbagai komunitas perempuan, instansi terakit, dan juga turut dihadiri oleh anak-anak difable yang berbakat. Anak-anak difable yang mungkin secara kasat mata kita anggap tidak bisa melakukan apa-apa, ternyata mereka bisa bernyanyi dengan bagus sekali. Hadirin yang hadir pun banyak yang terharu dan ada yang tidak sadar menitikkan airmata.
Penuhi kebutuhan gizi anak agar anak-anak tumbuh sesuai dengan tahapan usianya. Jika ada yang tidak sesuai atau tidak normal, maka segera konsultasikan pada dokter. Jangan sampai kita terlambat mengetahui kekurangan pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.