Sebagai orang Indonesia, rasanya saya patut bangga. Dengan ribuan destinasi cantik yang ngga ada duanya, Indonesia telah jadi negara yang banyak dicintai bukan cuma oleh rakyatnya. Tapi juga oleh bangsa lain. Ada banyak alasan kenapa banyak traveler dunia mau melakukan perjalanan ke Indonesia. Menjelajah tiap sudutnya, dan merasakan keunikan tiap daerahnya.
Indonesia kaya sekali dengan budaya. Ngga cuma terkenal di negara sendiri, tapi budaya Indonesia pun terbawa hingga ke luar negeri. Rasanya bangga aja. Seperti yang saya saksikan ketika saya traveling ke Malaysia (lagi), ketika jadi bagian dari Rentak Selangor, awal bulan lalu.
Rangkaian aktivitas Rentak Selangor adalah menelisik budaya dan tradisi di Negeri Selangor. Ada beberapa daerah yang saya dan teman-teman lain kunjungi. Schedule kegiatan yang disusun oleh tim Gaya Travel beneran padat banget. Tapi, semuanya asik dan pastinya bermanfaat. Dari sinilah saya tahu kalau kesenian tradisional Indonesia ada juga di Selangor. Hebatnya, kesenian itu masih dilestarikan hingga saat ini.
Bagaimana kesenian itu bisa sampai masuk ke Selangor? Tentu aja karena dibawa oleh orang Indonesia yang saat itu migrasi ke Malaysia. Kalau zamannya Soeharto, semacam transmigrasi gitu deh. Orang Indonesia ngga cuma bawa dirinya aja ke Malaysia. Mereka juga membawa serta tradisi dan budaya yang khas dari Indonesia. Mereka beranak pinak dan tradisi pun ikut diturunkan pada anak cucu mereka. Itulah kenapa tradisi Indonesia di Malaysia, khususnya Selangor, masih kental sekali terasa.
Apa aja kesenian yang itu? Yukk, sambung baca ke bawah ya :)
Wayang Kulit & Gamelan
Kamu ngga salah baca ko. Jadi, wayang kulit ngga cuma ada di Jawa aja. Tapi di Selangor pun ada. Wayang kulit yang ada di Selongor memang asalnya ya dari Indonesia. Orang-orang Indonesia yang membawannya ketika mereka merantau ke Malaysia. Hingga kini, anak-anak merekalah yang melestarikannya.
Modelnya pun sama kaya wayang kulit yang ada di Indonesia. Menurut pengakuan sang dalang, wayang kulit yang ia mainkan itu, didatangkan langsung dari Indonesia. Mungkin alasannya, agar ciri khas Indonesianya tetap terasa ya.
Sama dengan wayang kulit yang ada di Indonesia, pertunjukan wayang kulit selalu menceritakan tentang kisah-kisah kerjaan. Wayang dimainkan oleh dalang dan kalau di Malaysia dikenal dengan Tuk Dalang (tiba-tiba inget atoknya upin ipin). Tuk Dalang adalah leader yang memiliki peran penting dalam pertunjukan. Karena, pertunjukan akan berjalan dengan baik, ketika dalam mampu memainkan wayang kulit dengan baik. Ngga mudah loh jadi dalang. Karena seorang dalang itu harus mampu merubah suara berdasarkan karakter wayang yang sedang dimainkan. Belum lagi tangan yang harus lihai mengganti dan menaikturunkan karkater wayang.
Dalam sebuah pertunjukan wayang, biasanya akan selalu diiringi oleh musik. Nah, musik pengiringnya adalah gamelan yang iramanya sangat khas. Saat event Rentak Selangor, saya dan teman-teman disuguhi pertunjukan wayang dan gamelan. Serasa bukan lagi di Malaysia, tapi kaya lagi ada di Jawa. Apalagi pas tuk dalangnya juga fasih berbahasa jawa.
Instrumen gamelan itu banyak dan hampir semua dimainkan dengan cara dipukul. Kalau yang saat itu saya saksikan, tiap instrumen ada namanya, seperti; Gong Agong, Gong Sawokan, Gendang Ibu, Gendang Anak, Saron Pekin, Saron Baron I dan Saron Baron II, serta Gambang dan Kenong. Semua instrumen dimainkan secara bersamaan sehingga menghasilkan irama yang enak didengar.
Gamelan dimainkan pada sebuah acara atau perayaan, baik formal maupun informal. Semua personil atau pemain gamelan memiliki peran penting untuk bisa menghasilkan irama yang baik. Jadi perlu latihan rutin.
Kompang Jawa
Di Selangor, Kompang jawa merupakan salah satu alat musik yang biasa dimainkan ketika ada hajatan, acara-acara besar IslamBentuknya ngga jauh beda sama rebana, mirip malah atau emang sama *ehgimana* :) Biasanya dimainkan oleh kelompok orang-orang jawa. Kompang Jawa ini berbeda dari kompang pada umumnya. Penampilan kompang jawa ini diisi oleh lagu-lagu yang syairnya diambil dari kitab Berzanji, sebuah kitab yang meriwayatkan tentang Rasulullah SAW. Lagu atau syair yang biasa dimainakan seperti Assolatu, Bissari, Ya-Solatun, Sailillah, dan lagu lain yang terdapat dalam Kitab Berzanji.
Kompang Jawa atau yang biasa dikenal dengan Kompang Tiga merupakan pertunjukan musik tradisional yang memang berasal dari Jawa. Kompang Jawa ini aslinya adalah media syiar yang dipakai oleh Wali Songo dalam mengajarkan Islam.
Kompang Jawa dibawa oleh para pedagang jawa yang masuk ke Selangor sekitar awal 1900. Dimainkan oleh para perantau ketika mereka merasa rindu dengan kampung halaman. Ya namanya juga di negeri orang ya, wajar juga saat mereka rindu dengan kampung halaman.
Jumlah personil Kompang Jawa bisanya lebih dari 10 orang. Sangat ramai memang. Makanya, musik yang dihasilkan sangat meriah dan bagi saya, sangat enak didengar. Untuk bisa memahami cara bermainnya, kita harus benar-benar memerhatikan dengan baik atau setidaknya ya mencoba memainkannya. Sayang, saya ngga sempat ikutan main. Tapi, rasanya mungkin ngga jauh beda dari main rebana :) Walau keliatannya gampang, tapi untuk bisa menghasilkan nada yang enak didengar itu ngga mudah juga. Perlu latihan berkali-kali supaya irama yang dihasilkan harmonis dan nyambung.
Kuda Kepang
Kalau di Indonesia namanya kuda lumping. Ya, ngga jauh berbeda karena memang kan asalnya pun dari Pulau Jawa, Indonesia. Musik pengiringnya mirip gamelan, tapi yang ini jauh lebih simple dengan jumlah instrumen yang lebih sedikit.
Melihat pertunjukan Kuda Kepang jadi salah satu agenda dari rangkaian acara Rentak Selangor. Di Homestay Hj. Dorani Sabak Bernam, saya dan peserta lain disuguhi pertunjukan Kuda Kepang. Sebelum ke pertunjukan yang sebenarnya, kami diberi pengetahuan dulu soal asal muasal dan bagaimana permainan Kuda Kepang itu. Ada Wak Rusli dari Persatuan Seni Budaya Warisan Kuda Kepang yang menjelaskan semua tentang Kuda Kepang. Menurut Wak Rusli, di Selangor ada sekitar 25 perkumpulan Kuda Kepang dan salah satunya yang dipimpin oleh Wak Rusli ini.
Kesenian tradisional ini diwariskan secara turun temurun. Anak-anak bahkan sudah diajarkan untuk bisa memainkan kuda kepang serta alat musik pengiring kuda kepang. Mereka rutin berlatih dan kemampuan mereka pun patut diacungi jempol.
Kuda Kepang ini terbuat dari anyaman bambu yang dirajut hingga membentuk kuda. Selain bambu, kulit pun suka dijadikan bahan membuat kuda kepang. Pemain kuda kepang biasanya lebih dari 5 orang. Mereka menari mengikuti iringan musik sambil mengapit kuda kepang. Tariannya pun sangat sederhana tapi ya tetap aja harus latihan juga sih.
Dalam pertunjukan yang sebenarnya, pemain Kuda Kepang akan dirasuki oleh arwah. Duh, ini yang bikin saya ngga terlalu suka nonton kaya begituan :( saya penakut dan mudah kaget. Sebelum pertunjukan dimulai, wak rusli menyiapkan semacam sesejen atau persembahan bagi arwah. Ada jampi yang diucapkan wak rusli dan sepertinya jampi untuk 'minta izin' agar bisa 'mengikutsertakan' para arwah dalam pertunjukan.
Aura mistis terasa banget bagi saya yang penakut ini. Sempat bergidik berkali-kali ketika melihat tarian para penari Kuda Kepang. Apalagi ketika mereka mulai dirasuki, ahh.. rasanya ingin kabur aja dari arena. Pertujukan berlangsung lebih dari 2 jam. Setelah para pemain kuda kepang dirasuki, mereka jadi ngga sadar. Mereka melakukan hal-hal diluar kewajaran seperti buka kulit kelapa pakai mulut, makan arang yang masih ada apinya, makan daun, dan makan sesuatu yang ngga mungkin dilakukan orang normal.
Feel Culture
Budaya yang ada di Malaysia dan Indonesia memang ngga begitu berbeda. Bagiamanapun kita serumpun, jadi wajar kalau banyak persamaan. Itulah alasan kenapa saya suka ke Malaysia, karena merasa seperti saudara aja. Dari soal bahasa pun ngga terlalu sulit.
Selayaknya budaya yang kita miliki, Malaysia pun menjaga budayanya agar tetap lestari. Walau ada lah anak-anak milenial yang sudah ngga respect dengan budaya, tapi itu ngga bikin budaya kita hilang begitu aja. Karena, masih ada orang-orang yang bersaha menjaga agar budaya itu ngga cepat punah.
Kalau boleh dan mau mencontoh negeri sakura di seberang sana, rasanya kita akan menjadi bangsa yang maju. Karena bangsa yang maju adalah bangsa yang selalu menghargai budaya dan sejarahnya. Kita ngga akan terlihat ketinggalan jaman dengan mempertahankan budaya. Termasuk kesenian tradisional di dalamnya. Jadi, sudahkah kita menghargai budaya negeri?
Bagaimana kesenian itu bisa sampai masuk ke Selangor? Tentu aja karena dibawa oleh orang Indonesia yang saat itu migrasi ke Malaysia. Kalau zamannya Soeharto, semacam transmigrasi gitu deh. Orang Indonesia ngga cuma bawa dirinya aja ke Malaysia. Mereka juga membawa serta tradisi dan budaya yang khas dari Indonesia. Mereka beranak pinak dan tradisi pun ikut diturunkan pada anak cucu mereka. Itulah kenapa tradisi Indonesia di Malaysia, khususnya Selangor, masih kental sekali terasa.
Apa aja kesenian yang itu? Yukk, sambung baca ke bawah ya :)
Wayang Kulit & Gamelan
Kamu ngga salah baca ko. Jadi, wayang kulit ngga cuma ada di Jawa aja. Tapi di Selangor pun ada. Wayang kulit yang ada di Selongor memang asalnya ya dari Indonesia. Orang-orang Indonesia yang membawannya ketika mereka merantau ke Malaysia. Hingga kini, anak-anak merekalah yang melestarikannya.
Modelnya pun sama kaya wayang kulit yang ada di Indonesia. Menurut pengakuan sang dalang, wayang kulit yang ia mainkan itu, didatangkan langsung dari Indonesia. Mungkin alasannya, agar ciri khas Indonesianya tetap terasa ya.
Sama dengan wayang kulit yang ada di Indonesia, pertunjukan wayang kulit selalu menceritakan tentang kisah-kisah kerjaan. Wayang dimainkan oleh dalang dan kalau di Malaysia dikenal dengan Tuk Dalang (tiba-tiba inget atoknya upin ipin). Tuk Dalang adalah leader yang memiliki peran penting dalam pertunjukan. Karena, pertunjukan akan berjalan dengan baik, ketika dalam mampu memainkan wayang kulit dengan baik. Ngga mudah loh jadi dalang. Karena seorang dalang itu harus mampu merubah suara berdasarkan karakter wayang yang sedang dimainkan. Belum lagi tangan yang harus lihai mengganti dan menaikturunkan karkater wayang.
Dalam sebuah pertunjukan wayang, biasanya akan selalu diiringi oleh musik. Nah, musik pengiringnya adalah gamelan yang iramanya sangat khas. Saat event Rentak Selangor, saya dan teman-teman disuguhi pertunjukan wayang dan gamelan. Serasa bukan lagi di Malaysia, tapi kaya lagi ada di Jawa. Apalagi pas tuk dalangnya juga fasih berbahasa jawa.
Instrumen gamelan itu banyak dan hampir semua dimainkan dengan cara dipukul. Kalau yang saat itu saya saksikan, tiap instrumen ada namanya, seperti; Gong Agong, Gong Sawokan, Gendang Ibu, Gendang Anak, Saron Pekin, Saron Baron I dan Saron Baron II, serta Gambang dan Kenong. Semua instrumen dimainkan secara bersamaan sehingga menghasilkan irama yang enak didengar.
Gamelan dimainkan pada sebuah acara atau perayaan, baik formal maupun informal. Semua personil atau pemain gamelan memiliki peran penting untuk bisa menghasilkan irama yang baik. Jadi perlu latihan rutin.
Kompang Jawa
Di Selangor, Kompang jawa merupakan salah satu alat musik yang biasa dimainkan ketika ada hajatan, acara-acara besar IslamBentuknya ngga jauh beda sama rebana, mirip malah atau emang sama *ehgimana* :) Biasanya dimainkan oleh kelompok orang-orang jawa. Kompang Jawa ini berbeda dari kompang pada umumnya. Penampilan kompang jawa ini diisi oleh lagu-lagu yang syairnya diambil dari kitab Berzanji, sebuah kitab yang meriwayatkan tentang Rasulullah SAW. Lagu atau syair yang biasa dimainakan seperti Assolatu, Bissari, Ya-Solatun, Sailillah, dan lagu lain yang terdapat dalam Kitab Berzanji.
Kompang Jawa atau yang biasa dikenal dengan Kompang Tiga merupakan pertunjukan musik tradisional yang memang berasal dari Jawa. Kompang Jawa ini aslinya adalah media syiar yang dipakai oleh Wali Songo dalam mengajarkan Islam.
Kompang Jawa dibawa oleh para pedagang jawa yang masuk ke Selangor sekitar awal 1900. Dimainkan oleh para perantau ketika mereka merasa rindu dengan kampung halaman. Ya namanya juga di negeri orang ya, wajar juga saat mereka rindu dengan kampung halaman.
Ada dua jenis kompang yang biasa dimainkan di daerah Pasir Panjang (sebuah daerah di Selangor), yaitu Kompang Tiga dan Kompang Kadaro. Perbedaanya terletak dari cara memainkan dan jumlah instrumennya. Kompang Tiga memiliki 3 jenis pukulan dengan nama yang berbeda yaitu Telon, Banggen, dan Babon. Sedangkan Kompang Kadaro memiliki empat jenis pukulan yaitu Salahan, Banggen, Babon, dan Kapatan.
Jumlah personil Kompang Jawa bisanya lebih dari 10 orang. Sangat ramai memang. Makanya, musik yang dihasilkan sangat meriah dan bagi saya, sangat enak didengar. Untuk bisa memahami cara bermainnya, kita harus benar-benar memerhatikan dengan baik atau setidaknya ya mencoba memainkannya. Sayang, saya ngga sempat ikutan main. Tapi, rasanya mungkin ngga jauh beda dari main rebana :) Walau keliatannya gampang, tapi untuk bisa menghasilkan nada yang enak didengar itu ngga mudah juga. Perlu latihan berkali-kali supaya irama yang dihasilkan harmonis dan nyambung.
Kuda Kepang
Kalau di Indonesia namanya kuda lumping. Ya, ngga jauh berbeda karena memang kan asalnya pun dari Pulau Jawa, Indonesia. Musik pengiringnya mirip gamelan, tapi yang ini jauh lebih simple dengan jumlah instrumen yang lebih sedikit.
Melihat pertunjukan Kuda Kepang jadi salah satu agenda dari rangkaian acara Rentak Selangor. Di Homestay Hj. Dorani Sabak Bernam, saya dan peserta lain disuguhi pertunjukan Kuda Kepang. Sebelum ke pertunjukan yang sebenarnya, kami diberi pengetahuan dulu soal asal muasal dan bagaimana permainan Kuda Kepang itu. Ada Wak Rusli dari Persatuan Seni Budaya Warisan Kuda Kepang yang menjelaskan semua tentang Kuda Kepang. Menurut Wak Rusli, di Selangor ada sekitar 25 perkumpulan Kuda Kepang dan salah satunya yang dipimpin oleh Wak Rusli ini.
Kesenian tradisional ini diwariskan secara turun temurun. Anak-anak bahkan sudah diajarkan untuk bisa memainkan kuda kepang serta alat musik pengiring kuda kepang. Mereka rutin berlatih dan kemampuan mereka pun patut diacungi jempol.
Kuda Kepang ini terbuat dari anyaman bambu yang dirajut hingga membentuk kuda. Selain bambu, kulit pun suka dijadikan bahan membuat kuda kepang. Pemain kuda kepang biasanya lebih dari 5 orang. Mereka menari mengikuti iringan musik sambil mengapit kuda kepang. Tariannya pun sangat sederhana tapi ya tetap aja harus latihan juga sih.
Dalam pertunjukan yang sebenarnya, pemain Kuda Kepang akan dirasuki oleh arwah. Duh, ini yang bikin saya ngga terlalu suka nonton kaya begituan :( saya penakut dan mudah kaget. Sebelum pertunjukan dimulai, wak rusli menyiapkan semacam sesejen atau persembahan bagi arwah. Ada jampi yang diucapkan wak rusli dan sepertinya jampi untuk 'minta izin' agar bisa 'mengikutsertakan' para arwah dalam pertunjukan.
Aura mistis terasa banget bagi saya yang penakut ini. Sempat bergidik berkali-kali ketika melihat tarian para penari Kuda Kepang. Apalagi ketika mereka mulai dirasuki, ahh.. rasanya ingin kabur aja dari arena. Pertujukan berlangsung lebih dari 2 jam. Setelah para pemain kuda kepang dirasuki, mereka jadi ngga sadar. Mereka melakukan hal-hal diluar kewajaran seperti buka kulit kelapa pakai mulut, makan arang yang masih ada apinya, makan daun, dan makan sesuatu yang ngga mungkin dilakukan orang normal.
Feel Culture
Budaya yang ada di Malaysia dan Indonesia memang ngga begitu berbeda. Bagiamanapun kita serumpun, jadi wajar kalau banyak persamaan. Itulah alasan kenapa saya suka ke Malaysia, karena merasa seperti saudara aja. Dari soal bahasa pun ngga terlalu sulit.
Selayaknya budaya yang kita miliki, Malaysia pun menjaga budayanya agar tetap lestari. Walau ada lah anak-anak milenial yang sudah ngga respect dengan budaya, tapi itu ngga bikin budaya kita hilang begitu aja. Karena, masih ada orang-orang yang bersaha menjaga agar budaya itu ngga cepat punah.
Kalau boleh dan mau mencontoh negeri sakura di seberang sana, rasanya kita akan menjadi bangsa yang maju. Karena bangsa yang maju adalah bangsa yang selalu menghargai budaya dan sejarahnya. Kita ngga akan terlihat ketinggalan jaman dengan mempertahankan budaya. Termasuk kesenian tradisional di dalamnya. Jadi, sudahkah kita menghargai budaya negeri?
setuju kak, melestarikn budaya itu penting untuk generasi berikutnya dan juga ada kebanggaan tersendiri jika menguasai budaya Indonesia yang beraneka ragam.
BalasHapusIyaa, kita patut bangga dan ikut melestarikan budaya kita yaa.
Hapusseru banget kegiatan rentak selangor kemarin itu ya kak. ayo kita ikutan lagi batch berikutnya
BalasHapusInsya Allah bila ada kesempatan dan rezeki, mau ikut lagi :)
HapusRasanya pingin bawa kerang-kerang itu buat jadi kerajinan hahaha.
BalasHapusSeru banget perjalanannya mbak :)
omnduut.com
Lucuuu dan gemesin yaa kerang2nyaa. Makasih yaa omndutt udah mau mampir ke blog sederhana saya :)
Hapussalam..
BalasHapusnderek nepangaken..nami kulo adi..
Saya bangga dengan cara anda berfikir bahwa isu budaya serumpun tak seharusnya jadi pertikaian..mungkin 1 hari kepemilikan budaya harus diletakkan atas nama nusantara..jadi konflik perebutan budaya tak akan terjadi..orang2 indonesia harus selalu datang ke malaysia supaya tau komposisi masyarakat melayu berasal usul dari mana..
salam dari saya anak malaysia berdarah jawa generasi ke3 yg berasal dari karanganyar,jawa tengah..
Hai Adi.. Terima kasih yaa udah mampir ke blog saya.
HapusBenar banget, Malaysia dan Indonesia adalah satu rumpun yang seharusnya akur dan beriringan. Kita punya akar budaya yang sama, asal usul yang sama, dan banyak lagi persamaan yang lain. Seharusnya ngga ada sih saling klaim budaya, Kalau saja mau berpikir jernih.
saya juga dari Karanganyar, Karanganyar sebelah mana? salam kenal dari Karanganyar
Hapus