Di pagi yang cukup crowded dengan pemandangan jalanan Jakarta yang aduhai macetnya, saya udah bergemul diantara puluhan orang di dalam sebuah bus. Kalau ngga demi melihat adik-adik di SD Tanjung Barat 06, mungkin saya enggan menembus macetnya Jakarta yang makin Subhanallah.
Membayangkan wajah-wajah adik kecil yang lagi belajar, cukup membuat saya terhibur. Setidaknya bisa membayar lelah saya menerobos macetnya ibukota. Saya terpaksa turun dari bus kemudian memilih angkutan online demi mempercepat langkah saya untuk sampai di sekolah. 15 menit kemudian, saya sudah masuk ke gerbang sekolah yang rapih. Sekolah-sekolah negeri saat ini udah makin bersih dan rapih. Gedungnya banyak yang udah bertingkat 2, 3 atau 4.
Sekolah Dasar Tanjung Duren 06, Tanjung Barat Jakarta menjadi satu dari 7 sekolah di 4 kota besar ( Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bandung) yang disasar oleh Citi Indonesia. Jadi, Citi Indonesia melalui program kemasyaraktannya, Citi Peka (Peduli dan Berkarya) dan Prestasi Junior Indonesia (PJI) mengenalkan program "Digital Financial Litaracy for Children". Program yang menjangkau sekitar 2.244 siswa ini diperuntukkan bagi siswa sekolah Dasar kelas 3,4,5. Tujuannya, agar siswa paham dengan literasi digital terutama yang berhubungan dengan perbankan.
Saya hadir untuk menjadi saksi dan juga menjalankan tugas sebagai seorang blogger. Emang apa sih tugas blogger? Ya, ngga beda jauh sama jurnalis media mainstream. Membuat berita. Cuma gaya bahasa dan penyampaiannya aja yang berbeda. Saat saya hadir, sedang ada sesi sharing dari seorang Psikolog, Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPED dengan Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG) SD Tanjung Duren O6.
Karena program yang diluncurkan oleh Citi Indonesia akan menggunakan media gawai, orangtua juga perlu tahu soal plus minusnya sebuah gawai. Anak yang lahir di era digital, ngga akan pernah bisa kita jauhkan dari gawai. Karena ya memang gawai sangat mudah ditemui di lingkungan terdekat mereka. Orangtua, saudara, kakek, nenek, om, dan tante semuanya pakai smartphone. Jadi wajar kan ya kalau sejak bayi, anak-anak sudah terpapar dengan smartphone.
Gawai bak pisu bermata dua. Kalau digunakan dengan baik, ia akan sangat membantu. Tapi, kalau ngga kita ngga bisa menggunakan dengan baik ya itu akan jadi boomerang buat kita, lalu menyakiti. Mendidik anak di era digital ini memang ngeri-ngeri sedap. Kita sebagai orangtua harus kreatif dan punya banyak cara untuk mendampingi anak-anak. Unduh games yang bisa mengasah kemampuan motorik halus mereka. Jadi, ketika mereka minta main handphone, mereka cuma nemuin games yang bermanfaat. Jangan biarkan anak mengunduh permainan yang ngga jelas manfaatnya.
Menurut Rosdiana, kita harus mendampingi anak-anak ketika berinteraksi dengan gawai. Tujuannya, agar mereka bisa mendapatkan manfaat dari perangkat canggih yang digunakan. Dengan perkembangan teknologi yang makin cangih, anak bisa pakai gawai untuk belajar tentang pelajaran di sekolah. Termasuk pemahaman mengenai pengelolaan keuangan.
(ki-ka) Rob Gardiner, Rosdiana, Elvera N Makki, Nurhayati (kepsek SDN Tanjung Barat 06) |
Itulah tujuan kenapa Citi Indonesia meluncurkan program Digital Financial Literacy for Children. Ada misi agar anak-anak paham akan literasi keuangan dengan cara yang menyenangkan. Rob Gardiner, Management Advisor Prestasi Junior Indonesia (PJI) yang turut hadir berharap dengan diluncurkannya program ini, bisa membangun pemahaman literasi keuangan terutama di era digital bagi siswa sekolah dasar. Sehingga nantinya, anak-anak menjadi generasi yang mampu menggerakkan industri keuangan Indonesia menjadi lebih maju.
Literasi Keuangan Untuk Anak Indonesia
Elvera N Makki, Country Head Corporate Affairs Citi Indonesia mengatakan kalau program yang sedang dijalani oleh Citi Indonesia ini sebagai wujud rasa cinta pada dunia pendidikan Indonesia. Derasnya arus informasi melalui gawai dan smartphone kini makin sulit dibendung. Apalagi saat ini, anak-anak bisa dengan mudah mengaksesnya untuk bermain games atau nonton video. Digital Financial Literacy for Children diluncurkan untuk memanfaatkan tren penggunaan gawai ke arah yang positif. Ada modul-modul edukasi keuangan yang dimasukkan pada media pembelajaran. Dengan pendekatan interaktif yang aman, komprehensif dan pastinya menyenangkan bagi anak-anak.
Ada 3 modul yang digunakan yang digunakan untuk belajar, diantaranya; Keluarga Kami, Daerah Kami, dan Kota Kami. Setiap modul sudah disesuaikan dengan Kurikulum Pendidikan Nasional Indonesia. Dilengkapi juga dengan konten dan aktivitas yang terkait perbankan, bisnis, karir, komunikasi, perkembangan ekonomi, kemandirian, produsen dan konsumen, sumber daya, ketersediaan barang dan kebutuhan, serta spesialiasi
Ketika diajak menyaksikan sendiri proses belajarnya, saya yang excited sendiri. Anak-anak diberi satu tablet yang sudah diisi dengan modul pembelajaran. Mereka diberi materi soal pajak sederhana. Dengan media yang asik banget, mereka diminta untuk hitung pajak kalau beli barang, biasa kita sebut PPN (Pajak Pertambahan Nilai). Ternyata, kalau belajar pajak diajarkan dengan cara yang asik, gampang banget yaa ngertinya. Hampir semua anak bisa mengerjakan tugas yang diberikan oleh kakak-kakak dari Citi Indonesia.
Seru Banget Belajarnya :) |
Pada penyelenggaraan program ini, para bankir muda yang tergabung dalam Citi Volunteers juga turut terlibat aktif. Mereka diminta untuk mengarahkan dan membantu siswa dalam menyelesaikan modul melalui tablet. Siswa belajar soal manfaat menabung, perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, metode pembayaran yang tersedia di pasar (tunai, kredit, debit), serta pengetahuan soal kewirausahaan.
Be Smart
Kalau gawai digunakan untuk belajar seperti yang dilakukan anak-anak di SD Tanjung Duren 06 lewat program Digital Financial Literacy for Children, tentu bakalan baik dan bermanfaat banget kan. Anak-anak ngga cuma main gawai buat main games aja. Tapi, belajar sesuatu yang baru dan pastinya bisa mereka terapkan nanti di kehidupan sehari-hari.
Sebagai orangtua, yuk bijak lagi dalam memberikan gawai pada anak. Kalau mereka pegang gawai cuma buat main games yang ngga ada manfaatnya, mending tahan diri untuk ngga memberikan gawai. Ada sedikit tips dari Psikolog Rosidiana buat para orangtua perihal gawai ini.
- Jangan berikan gawai pada anak dibwah usia 1 tahun. Karena mereka belum lagi mengerti fungsi gawai.
- Penggunaan gawai untuk anak dibawah 5 tahun itu hanya 1 jam/hari. Untuk diatas 5 tahun, maksimal 2 jam/hari.
- Filter konten yang ada di gawai. Jangan biarkan anak bermain tanpa pengawasan.
- Hindari games dengan muatan kekerasan dan yang mengarah pada tindakan pornografi.
- Gunakan prinsip 15:1 yaitu setelah 15 menit main, minta anak untuk membuang pandangan ke arah lain. Ini berfungsi supaya mata tidak kram, perih, dan berair.
- Gunakan kunci atau pengaman. Jadi, anak ngga bisa langsung pakai gawai sebelum kita buka kuncinya.
Program yang diluncurkan Citi Indonesia melalui payung kemasyarakatannya Citi Peka, dan Prestasi Junior Indonesia merupakan satu terobosan yang cerdas. Anak diajak untuk memanfaatkan gawai untuk belajar, bukan main games semata. Sekaligus pesan bagi para orangtua, kalau gawai digunakan untuk hal-hal yang positif ternyata sangat membantu sekali. Anak bisa belajar sesuatu yang baru dan bermanfaat.
Gawai itu apa sih Ci? Handphone yah?
BalasHapusYaah teorinya sih gitu 1 jam per hari. Aku terapkan ke Narend. Tp kadang kalau dia udah merengek dan merayu luluh juga hati maminya.
Jadi ngakalinnya pakai negoisasi :)
Gawai itu bahasa Indonesianya Gadget mba olin. Mau mulai membahasakan aja. Biar biasa ;)
HapusKata 'gadget' juga ada di KBBI, Chi. Aku pernah nulis ttg ini di blog. Bisa pilih mana suka.
HapusIdenya jelas sangat bagus, lalu sosialisasinya apakah sebatas di Jakarta ???? Untuk aplikasinya bisa di unduh dimana Mbak ada linknya kalah . . . Tulisan keren pisan. Salam
BalasHapusada di 4 kota bun, termasuk Bandung juga. Kalau aplikasinya, udah disematkan langusung di gadgetnya. semoga bisa diluncurkan bagi masyarakat umum ya bun
HapusProgramnya bagus, semoga bisa diaplikasikan ke kota2 lain selain 4 kota yang memang sudah di jadwalkan :)
BalasHapusDengan pesatnya informasi digital saat ini, ngga mungkin menjauhkan anak dari gawai, disini pentingnya peran orang tua turut serta menjaga anak2 agar tidak terjerumus menggunakan gawai kearah negatif
iya ka, gawai ga bisa dijauhin tapi kita orangtua yang perlu mengawasi mereka
HapusIni merupakan Trobosan yang bagus untuk pemanfaatan perkembangan Teknologi bagi anak-anak yang positif ...
BalasHapussemoga bisa dimanfaatkan oleh seluruh anak-anak Indonesia ..
Sangat positif. Anak-anak diajak untuk main game buat belajar bukan sekadar main doang :)
HapusMasih sedikit ya, sekolah yang mendapat support program seperti ini. Semoga bisa makin lebih banyak lagi ke depannya.
BalasHapusAamin, semoga lebih tersebar yaa.
HapusAnakku juga maksimal 1 jam sehari, nah soal kunci belum aku coba nih, mau coba ah
BalasHapusiya harus dikunci mba. Jadi pas mereka mau main pasti kita tahu karena harus dibuka dulu kan kuncinya.
HapusJakarta memang macet, tapi demi ketemu anak2 yg menggemaskan harus dilawan ya Jakarta mb hehehe
BalasHapusSekolah Negeri sekarang bangunannya udah bagus2 kok, beda kayaknya waktu kita sekolah dulu :)
Bagus ya Citi Peka mampu menghadirkan program unggulan buat anak. Dan benar sih kita harus membatasi dan memantau anak pakai gawai
baru ngeh bahasa lainnya gadget itu adalah Gawai.. hihihi
BalasHapusWah keren nih :)
BalasHapusKeren punya mba klau ad pihak selain pemerintah yg Care sm dunia pendidikan,,, bangga
BalasHapusSebenernya kuncinya emang di orangtua, anak nggak akan mungkin kenal gadget kalo orangtuanya nggak ngajarin atau ngasih clue. Kalau ada gawai yang khusus belajar kayak gini aku sih jadi nggak bgtu aware ya mba, tapi emang kudu dibatasi juga penggunaannya
BalasHapusMau tanya, aplikasinya di playstore apakah sudah ada ?
BalasHapusBagus program sebegini. Financial literacy harus diajar dari zaman kanak-kanak lagi.
BalasHapus