Ada yang anaknya suka crancky tiba-tiba? Ngga bisa dibujukin dan marah ngga jelas. Crancky ini biasa terjadi di usia balita. Ketika mereka, si balita, ngga / belum mampu mengkomunikasikan kemauan mereka. Jadi, karena susah ngejelasin ke orangtua, si balita crancky atau marah. Tujuannya supaya orangtua ngerti dan mau menuruti semua kemauan mereka.
Sometimes, crancky juga dijadiin senjata andalan para balita. Apalagi kalau sekali aja kita nurutin kemauan mereka pas mereka ngambek, ya udah deh bakal dipakai terus senjatanya. Kita sebagai orangtua, terutama ibu, harusnya ngga selalu menuruti apa maunya mereka. Tapi ya terkadang banyak dari kita yang ngga tegaan. Anak ngambek sedikit sambil merengek, langsung deh diturutin. Daripada berisik atau nangis, mending di-iya-in aja.
Perilaku anak-anak akan berkembang bersamaan dengan bertambahnya usia mereka. Yang jadi perjuangan banget bagi ibu itu ketika anak masuk di usia pra-sekolah (3-6 tahun). Karena, di usia pra sekolah itulah rasa ingin tahunya anak lagi tinggi-tingginya. Apa aja ditanyain dan kadang berulang-ulang. As a mom, stok sabar kayanya harus selalu full.
Karena mengurus anak yang lagi aktif-aktifnya bukan perkara mudah, saya sebagai ibu jadi harus banyak belajar. Ngga cukup cuma baca pengalaman ibu lain aja, tapi harus belajar langsung dari pakarnya. Makanya saya selalu senang banget kalau ikutan atau diundang ke acara parenting. Bagi saya, ilmu itu investasi yang mahal. Makanya pas ada kesempatan datang ke acara parenting, ngga pernah saya sia-siakan.
Mengenal perilaku anak, terutama di usia pra sekolah ternyata ada ilmunya juga. Dan itu saya dapatkan ketika saya menghadiri acara Parenting Club bareng Clozette Indonesia. Narasumber yang hadir ada dr. Rini Sekartini, Ayudia Bing Slamet, dan Ka Budi yang seorang pendongeng. Konsep acara kali ini asik banget deh. Jadi blogger yang datang diwajibkan untuk bawa anak. Ada playground yang benar-benar disiapkan untuk anak-anak yang hadir. Jadi, saat para buibu ikutan talkshow, anak-anak bisa main dengan puasnya. Dan ini bikin acara jadi sangat kondusif (a.k.a fokus).
Mengenal Perilaku Anak Usia Pra Sekolah
Sebelum masuk ke bahasan bagaimana menyikapi perilaku anak usia pra sekolah, kita cari tau aja dulu ya apa sih perilaku itu. Menurut para ahli, perilaku merupakan produk yang dihasilkan dari kerja dan aktivitas otak. Perilaku juga diartikan sebagai respon yang terkoordinasi untuk beraksi atau tidak beraksi dari seseorang, terhadap adanya rangsangan internal atau eksternal.
Anak usia pra sekolah perilaku dan emosinya masih belum bisa terkendali. Kadang mereka bisa sangat cranky atau bisa juga mereka menjadi sangat manis dan anteng. Yang perlu kita lakukan adalah memahami dan mengarahkan. Memahami mereka karena mereka masih dalam proses tumbuh kembang. Mengarahkan mereka untuk menjadi atau berperilaku yang baik.
Di usia-usia pra sekolah, anak-anak juga jadi sering banget nanya. Apa aja yang mereka lihat ditanyain. Bahkan sesuatu yang sudah kita jelaskan pun masih suka ditanyain lagi. Bukan mereka ngerjaiin kita, tapi memang mereka lagi masanya mau tau segala hal. Hal yang mungkin kita anggap remeh sekalipun, bagi mereka itu perlu ditanyakan. Jadi, be patient ya mom :) Sabar menjawab semua keingintahuan mereka.
Dr. Rini Sekartini mengatakan, dalam kondisi normal, anak akan tumbuh dan berkembang sesuai tahapan usianya. Ketika ada anak yang lambat perkembangannya, ngga perlu ragu untuk konsultasi pada dokter anak. Kalau memang ada yang ngga sesuai dengan tahapan yang seharusnya, kita bisa segera mencari tindakan preventifnya.
Usia pra sekolah yaitu 3-6 tahun adalah masa dimana kita bisa mempersiapkan mereka menuju masa sekolah formal. Karena yang namanya sekolah formal itu perlu kesiapan. Ngga cuma kesiapan fisik aja tapi juga mental. Kalau di beberapa sekolah islam terpadu, kesiapan mental lah yang menjadi point utama diterima atau ngganya si anak.
Untuk perkembangan kemampuan akal, anak usia pra-sekolah biasanya banyak bertanya. Kadang pertanyaan yang sulit dimana kita bingung jawabnya, sampai pertanyaan yang bikin malu. Apapun pertanyaan yang mereka ajukan, ya sebisa mungjin kita jawab.
Mereka juga masih belajar perbedaan antar orang, jadi jangan heran kalau mereka suka nanya-nanya kalau ketemu orang baru. Anak usia pra-sekolah bisa mengingat lebih dari satu pemikiran atau ide di waktu yang sama. Tapi, mereka masih belum bisa mengekspresikan apa yang dibayangkan dengan kenyataan yang terjadi. Ini mungkin karena koordinasi antar otak dan tindakan masih belum sinkron. Si kecil juga masih belum bisa membuat keputusan. Iya sih, karena mereka masih belum bisa menentukan baik ngganya suatu tindakan.
Ayudia Bing Slamet, Ibu satu anak ini juga ikutan sharing soal pengalamannya jadi ibu. Kala, bayik-lucu-yang-instastorynya-selalu-ditungu-tungu- lagi masanya eksplorasi. Rasa ingin tahunya besar banget dan selalu pengen mencoba-coba hal yang baru. Kata Ayu, Kala itu suka gemesan sama anak-anak yang baru dia lihat. Emang bener sih, soalnya saya sempat lihat dia ngejar-ngejar anak orang, gemess banget.
Mom, Prepare Your Kids
Sebelum benar-benar masuk usia pra sekolah, kesempatan bagi kita buat memepersiapkan semuanya. Berikan stimulasi yang bisa mengasah dan mengembangkan motoriknya. Saat acara berlangsung, anak-anak yang hadir ditempatkan di area playground yang disebut sebagai simulation room. Di dalamnya ada kakak-kakak pendamping yang menemani si kecil main.
Makin seru karena ada Kak Budi yang ngajak anak-anak untuk belajar tapi sambil main. Kak Budi ngasih dongeng yang seru banget buat anak-anak. Kita, para ibu sesekali dikasih lihat gimana serunya mereka main lewat layar tivi.
Memberikan stimulasi yang tepat pada anak sesuai tahapan usianya, itu penting banget. Selain kita bisa tahu seberapa jauh kemampuan si kecil, bonding kita ke anak pun jadi makin erat.
Kalau kita mau tahu dimana soal kepintaran si kecil, kita bisa loh melakukan tes. Coba deh buka websitenya Parenting Club, lalu ikuti aja petunjuknya. Nanti kita bisa tahu dimana kepintaran si kecil yang paling dominan.
Jadi ibu di zaman digital kaya hari ini memang menyenangkan. Tapi tugasnya jadi lebih berat juga. Anak bisa dengan mudah terpapar teknologi digital. Tugas kita mendampingi dan memberikan pemahama pada mereka. Saat kita udah tahu minat mereka dimana, ngga ada salahnya terus kita asah. Siapa tahu mereka memang bisa menjadi apa yang mereka cita-citakan atau apa yang meraka minati.
Unaaaaaa..... Una yang lutu pinter gemecinnnnnn.... Una cita citanya apaaaaaa.. Om dukung celatus pelsen 😍
BalasHapusBenar-benar penting'banget ya mba mengenali perilaku anak.. biar kita udah bisa mempersiapkan langkah-langkah yang harus kita ambil
BalasHapus