BedTalk Series #1, Ketika Anak Bertanya Soal Kematian. Ada yang baru di RISALAHHUSNA. Berawal dari rutinnya saya dan Una ngobrol sebelum tidur, jadi kepikirin buat mengabadikan obrolan kami. BedTalk ini Insya Allah akan saya rutinkan untuk ditulis. Tapi belum tau juga nih tiap hari apa bakal tayang. Sebisa mungkin, satu minggu sekali deh ya.
Obrolan pertama yang mau saya abadikan di sesi BedTalk kali ini adalah tentang Kematian. Selasa, 6 Maret 2018 kemarin, kakeknya Una (mertua saya) meninggal dunia. Una yang sehari-hari lumayan dekat dengan kakeknya jadi merasa kehilangan.
Saya pun masih kaya mimpi kalau ternyata bapak udah ngga ada. Kadang masih suka merasa bapak tuh mondar-mandir di dekat rumah. Karena kakinya sakit, jadi kalau jalan itu pelan-pelan banget. Suara sendal dan langkahnya pun masih berasa ada terus.
Satu malam, saya dan Una ngobrol sambil tiduran di kasur. Saya lihat una gelisah dan ngga mau merem. Tiba-tiba, terjadilah percakapan seperti ini :
Una : Duh... aku susah tidur bun
Saya : Kenapa?? Sini bunda usap-usap tapi bobo yaa.
Una : Aku ngga bisa tidur (dia bolak-balik, terus mencoba merem-in matanya tapi tetap gelisah)
Saya : Emang kenapa sih Ade ngga bisa tidur?
Una : Aku ngga mau tuaa bun
Saya : Maksud Ade gimana?
Una : Kalau aku tua, nanti aku meninggal kaya engkong (panggilan kakek). Aku ngga mau dikubur bun (lalu, raut wajahnya sedih dan dia sempat menggosok matanya. Una nangis)
Saya : Semua orang bakal tua, nak. Dan semua orang nanti bakal meninggal juga. Bunda, abi, abang, kakak, semuanya bakal meninggal.
(Una terdiam dan menangis tanpa suara)
(saya peluk dia dan menciumi rambutnya)
Una : Aku takut di kuburan. Sendirian, gelap, sempit. Aku takut, bun.
Saya : Kalau ade mau kuburannya terang, ngga sempit, ade harus jadi anak yang shalihah. Rajin shalat, ngaji, sayang Bunda Abi, terus sedakah
Una : Aku maunya masuk surga
Saya : Bisa kok, Insya Allah. Sekarang tidur dulu yaa
Lalu, Una akhirnya tidur dalam dekapan saya.
Saya selalu amaze dengan pertanyaan tiba-tiba yang diajukan anak-anak. Kadang, pertanyaan mereka itu adalah pertanyaan yang ngga pernah kita duga. Kaya pertanyaan seputar kematian ini. Agak sedih sih ngebahasnya. Belum lagi, saya harus menyesuaikan bahasanya supaya bisa dipahami sama anak balita kaya Una.
Meninggal, Mati / akhir kehidupan seseorang. Ketiadaan nyawa dalam organisme biologis. Semua mahluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen. Baik karena penyebab alami seperti sakit, ataupun tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh mahluk hidup akan mengalami pembusukan. Wikipedia
Yang saya lakukan, menjelaskan apa itu mati atau meninggal dengan bahasa yang sederhana. Ngomongin soal kematian bukan sekali dua kali jadi bahan diskusi saya dan Una. Saya sering nge-tes dia dan bertanya 'kalau bunda meninggal, ade sedih ngga?' Biasanya una cuma diam aja sambil cemberut. Sepertinya, dia ngga suka banget bahasan soal meninggal-meninggal.
Pernah satu kali dia marah, ketika saya mengulangi pertanyaan yang sama. Tiba-tiba dia ngambek dan bilang 'aku ngga suka bunda ngomong meninggal-meninggal. Bunda jangan ngomong gitu lagi. AKU NGGA SUKA!' dan saya speechless.
Ngobrolin soal kematian ini memang sering saya lakukan ke anak-anak. Bagaimana pun, mereka harus kenal konsep perpisahan karena kematian. Jadi, ngga melulu bahas yang happy-happy aja. Satu saat, mereka pasti akan merasakan kehilangan dan mereka harus siap. Sepeti kehilangan kakeknya minggu lalu.
Membicarakan kematian pada anak-anak ngga akan sama, saat ngomongnya dengan orang dewasa. Anak-anak kan imajinatif banget. Semua hal bisa mereka gambarkan dengan sangat kreatif. Kadang, mereka perlu visualisasi dari satu hal supaya bisa mereka pahami.
(image by pixabay) |
Saya juga menjelaskan tentang kehidupan setelah kematian. Tentang surga dan neraka, tentang siapa aja penghuninya dan tentang bagaimana cara masuk surga dan neraka. Saya selalu pakai rujukan dari Al-Qur'an. Ada banyak sekali penjelasan soal kehidupan hari akhir dan itu bisa dijadikan panduan. Mulai dari Juz 1 hingga 30, kehidupan tentang akhirat pasti dijelaskan. Tinggal rajin-rajin bacanya aja ya.
"Kalau mau masuk surga gimana bun?"
"Jadi orang yang beriman pada Allah. Jadi anak yang shalih. Rajin shalat, ngaji, baik pada sesama, dan sedekah"
"Surga itu kaya apa, bun?"
"Indah. Ngga bisa dibayangkan deh. Lebih indah dari semua keindahan yang ade lihat di dunia. Ada sungai susu, pohon buah-buahan yang enak dan tinggal petik, ada taman luas buat main. Ade mau apapun pasti dikasih sama Allah"
"Neraka itu kaya gimana, bun?"
"Banyak apinya dan panas. Penjaganya malaikat yang garang. Semua orang yang masuk neraka pasti sedih dan kesakitan"
"Aku bisa masuk surga ngga ya, bun?"
"Insya Allah bisa. Anak-anak yang shalih tempatnya memang di surga"
Ada banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seputar hari akhir yang suka diajukan Una. Ya saya jawab sebisanya dan sesuai rujukan aja. Dengan bahasa anak-anak yang mudah dimengerti, atau sambil divisualisasikan secara sederhana.
Jadi, ketika anak bertanya soal kematian jangan langsung takut duluan buat jelasin. Jangan juga parno atau merasa tabu duluan untuk ngomongin kematian. Anak-anak perlu dijelaskan juga kenapa seseorang meninggal dan dikubur. Ngga ada salahnya juga mengenalkan proses pemakaman dari agama lain. Kan jadinya ilmu juga buat mereka.
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada Hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya" Q.S Ali Imran (3) : 185
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Maksudnya, sesuatu yang nantinya pasti terjadi. Semua yang hidup bakal merasakan mati juga. Jadi ngga cuma manusia, tumbuhan dan hewan pun bakal mati juga. Tapi, jangan juga jadi sesuatu buat nakut-nakutin anak.
"Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur. Maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh pada yang demikian it terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir" Q.S Az-Zumar (39) : 42
Semoga setelah baca ini, ngga tabu lagi ya buibu buat ngobrolin soal kematian pada anak ya.
Kalau buibu, pernah ngga sih ngobrolin soal kematian juga pada anak? Kalau pernah, sharing dong. Ada 2 buku antologi dan puisi yang ditulis oleh teman-teman FLP Bekasi yang bakal saya berikan buat yang ikutan kasih komentarnya.
Di akhir komentar, tulis akun IG nya dan domisili ya. Nanti pemenangnya bakal saya hubungi lewat direct mesagge IG. Supaya pesan saya bisa langsung kebaca, follow akun IG saya @risalah_husna dulu yaa.
Belum pernah makanya bingung mau jawab 😅😅
BalasHapusMungkin satu saat bakal ditanyain mbak :)
HapusDulu ketika saya masih sekolah sempat berfikir tidak ingin cepat tua karena orang tua saya jg akan semakin menuakematian lah yg saya takutkan
BalasHapustapi setelah mencari dan menemukan islam yg sesungguhnya baru saya paham
waktu itu harus di lewati
Waktu terus berjalan,jadi tua itu kepastian.
HapusPernah sama kakak risya, tapi kematian hewan. Semut yang suka lewat di karpet di pitesin sama dedek nya, trus kita larang, nanti mati, nggak bisa ketemu ibuny. Kasian ibunya nyariin.
BalasHapusEh diem aja sih nggak nanya balik.
Kiq gue ikutan nimbrung yah... yang ditanya ibu ibu. Habis artikel nya bagus enak dibaca sampai akhir. Pelajaran parenting yang bagus nggak cuma buat ibu ibu, tapi bapak juga perlu tahu.
Wahh, lucunya kakak risya. Teori kematian itu emang ngga sebatas manusia aja. Harus diajarin tentang semua mahluk hidup yang pasti bakal mati
HapusYa udah sering, mereka jadi saksi waktu alm. papa mertua dan almh. mami mertua meninggal (6 tahun lalu), bahkan ikut mengantar ke kuburan. Sejak kecil juga udah biasa bahas tentang oomnya (adik saya) yang sudah tiada sejak mereka belum lahir, jadi mereka sudah biasa dengan pembahasan tentang kematian. Ga ada yang perlu ditutupi. Ketika adik kedua saya meninggal 1,5 tahun lalu pun jadi udah biasa aja bagi mereka. Peer saya tinggal menyiapkan bekal agar mereka menjadi semakin mandiri
BalasHapusJadi, jangan ngajarin ketakutan soal kematina ya mbak. Alhamdulillah, 3F udah paham soal kematian
HapusAnakku belum pernah nanya kayak gini, aku nanti mau jawab apa ya. Niru jawaban Mbak deh :).
BalasHapusNanti ada satu waktu si kecil bakal nanya soal kematian
HapusKadang suka bilang, udah anak kecil jangan ngomongin itu. Tapi setelah baca ini kayaknya bisa deh ngobrol seputar kematian dengan anak.
BalasHapusJangan ditakuti ya mba
HapusBisa jadi referensi nih, soalnya bingung kalau bahas ginian sama anak kecil, hehe.
BalasHapusCari2 referensi bacaan, jadi kita ada ilmu buat jawabnya
HapusSalam kenal mbak.
BalasHapusPernah juga ngobrolin tentang kematian sama anak-anak.
Berawal dari saya cerita kalau habis melayat ke rumah teman kantor yang bayinya meninggal. Anak-anak heran, "masih bayi tapi kok sudah meninggal?" begitulah pertanyaan mereka.
Saya lalu menjelaskan bahwa yang bisa meninggal itu bukan hanya orang tua saja, bukan hanya orang yang sakit saja. Penyebab meninggal itu banyak macamnya. Orang yang meninggal juga tidak harus tua. Orang muda, anak-anak, bayi bahkan bayi baru lahir pun bisa meninggal. Saya beri perumpamaan pohon mangga di depan rumah. Ada yang jatuh saat masih jadi bunga, ada yang jatuh saat masih kecil, ada yang sudah besar tapi belum matang pun jatuh. Ada juga yang sudah besar, kuning pertanda sudah matang, malah nggak jatuh-jatuh.
akun IG : @naniknara
domisili : Malang
Alhamdulillah, sudah ngerti ya mba anak-anak
HapusSaya juga sering mbak obrolin ttg tema yg satu ini dengan anak-anak. Karena kematian bisa terjadi kapan saja.
BalasHapusSalah satu pertanyaan anak saya: "Bunda, nanti di dalam kubur gelap ya?"
"Kalau rajin baca Al Quran insya allah enggak, Nak."
"Ooo, makanya bunda sering ingetin ya untuk baca Al Quran setiap hari."
"Iya, Nak. Salah satu penolong kita menunggu datangnya hari kiamat. Gak mau kan gelap-gelapan di dalam kubur?"
#daaan semangatlah bocah-bocah buka al quran...
Uuuuu kelupaan.
BalasHapusAkun IG: @viedyana83
Domisili: Mataram, Lombok.