Mungkin banyak dari kita tahunya diabetes atau familiar dengan sebutan penyakit gula, adalah penyakit orang dewasa. Atau, penyakit penderitanya kebanyakan adalah orang dewasa. Tapi ternyata, diabetes tidak lagi menjangkiti orang dewasa saja loh. Karena saat ini, semua orang, termasuk anak-anak bisa kena diabetes.
Diabatesnya sendiri saja sudah sangat mengerikan. Ditambah jika penderitanya adalah anak-anak. Makin membuat merinding. Lalu, kenapa anak-anak bisa kena diabetes? Sama dengan orang dewasa lainnya, ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit gula ini bisa diidap oleh anak-anak. Salah satunya ya pola makan.
Makanan punya kontribusi penting untuk kesehatan tubuh kita. Jika, yang masuk ke dalam tubuh sehat dan berimbang, kemungkinan terjangkit penyakit pun kecil sekali. Bukan tidak mungkin kena penyakit sih, karena penyakit bisa datang kapan saja. Tapi, risikonya mungkin sangat kecil.
Diabetes pada anak memang satu hal yang membuat orangtua merinding, termasuk saya. Sekadar diare saja sudah bikin sedih, apalagi sampai diabetes dimana pengobatannya bakal sangat panjang. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan tentu tidak sedikit.
Tapi, menurut dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak yang terkena diabates adalah anak-anak istimewa dan terpilih.
Fakta Tentang Diabetes
Diabetes merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular yang sangat perlu diwaspadai. Karena, ia menjadi penyebab kematian. Pada tahun 2012 saja, menempati urutan ke delapan sebagai penyakit mematikan dan ada di urutan kelima sebagai penyebab kematian kelima pada perempuan.
Diabetes Melitus (DM) yang dikenal juga dengan penyakit kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kurangnya insulin atau ketidakmampuan tubuh memanfaatkan insulin (insulin resistance). Dengan simtom berupa Hiperglikemia kronis dan gangguan metabolismne karbohidrat, lemak, dan protein, sebagai akibat dari : defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya, defisiensi transporter glukosa, atau keduanya. (wikipedia)
Diabetes Melitus memiliki 2 tipe, tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1, tubuh benar-benar berhenti memproduksi insulin karena perusakan sel pankreas yang memproduksi insulin oleh sistem kekebalan tubuh. Hal ini sebelumnya disebut diabetes juvenile karena biasanya didiagnosis pada orang dewasa muda atau anak-anak, atau diabetes insulin-dependent, karena terapi insulin sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Diabetes Tipe 1 Yang Umum Diderita Anak (sumber: website P2PTM) |
Pada tahun 2015, negara kita menjadi negara ke tujuh di dunia dengan prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia. Bukan prestasi yang membanggakan dan patut dibanggakan. Penyakit ini disebut-sebut sebagai silent killer. Kenapa? karena 2/3 orang dengan diabetes di Indonesia tidak mengetahui kalau dirinya memiliki diabets. Mereka berpotensi mengakses layanan kesehatan dalam kondisi terlambat dan parah.
Penderita diabetes bisa mengalami komplikasi penyakit lainnya. Dan, diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Komplikasi diabetes akan berkembang secara bertahap. Jika terlalu bnayak gula yang menetap pada aliran darah dalam waktu yang lama, makan bisa berpengaruh pada pembuluh darah, saraf, mata, ginjal, dan sistem kardiovaskular.
Anak Bisa Kena DIabetes? Iya, Bisa
Apa iya anak bisa kena diabetes? Menurut dr. Aman, diabetes kini tidak lagi menjadi penyakit turunan (generatif / genetik). Orang tua yang tidak memiliki riwayat diabetes, tidak menjadikan anak-anaknya bebas dari penyakit yang satu ini. Karena, pola makan dan hidup yang dijalani memegang peranan utama.
Dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) (sumber : website P2PTM) |
Tahun 2013 ada 42 juta bayi yang mengalami berat badan berlebih. Berat badan yang berlebih itulah yang menjadi penyebab diabetes. Jika orangtua abai dengan masalah berat badan anak ini, diperkirakan pada tahun 2025, akan ada 70 juta balita yang mengalami berat badan berlebih.
Dr. Aman menjelaskan data yang didapat pada tahun 2013. Ada sekitar 38% anak yang menunjukkan resistensi insulin. Perlu kita ketahui, Resistensi Insulin adalah suatu kondisi dimana kemampuan tubuh untuk merespon efek insulin menurun.
Kita harus tahu kalau insulin itu memiliki banyak peran dalam tubuh. Seperti pemecahan karbohidrat (gula dan pati), lemak, dan protein menjadi glukosa. Selm-sel harus memiliki glukosa untuk bertahan hidup, tubuh mengkompensasi respon yang tidak memadai terhadap insulin dengan memproduksi jumlah tambahan insulin. Hal ini yang menyebabkan tingkat insulin yang tinggi dalam darah, yang merupakan salah satu tanda-tanda resistensi insulin.
Tiap bulan, setidaknya ada 2 kasus diabetes yang dilaporkan. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin kasus diabetes anak akan terus meningkat.
Dr. Aman menjelaskan data yang didapat pada tahun 2013. Ada sekitar 38% anak yang menunjukkan resistensi insulin. Perlu kita ketahui, Resistensi Insulin adalah suatu kondisi dimana kemampuan tubuh untuk merespon efek insulin menurun.
Kita harus tahu kalau insulin itu memiliki banyak peran dalam tubuh. Seperti pemecahan karbohidrat (gula dan pati), lemak, dan protein menjadi glukosa. Selm-sel harus memiliki glukosa untuk bertahan hidup, tubuh mengkompensasi respon yang tidak memadai terhadap insulin dengan memproduksi jumlah tambahan insulin. Hal ini yang menyebabkan tingkat insulin yang tinggi dalam darah, yang merupakan salah satu tanda-tanda resistensi insulin.
Tiap bulan, setidaknya ada 2 kasus diabetes yang dilaporkan. Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin kasus diabetes anak akan terus meningkat.
Gejala DM Pada Anak
Semuanya pasti setuju jika mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Kenali gejala diabetes pada anak berikut ini, sehingga orangtua bisa lebih aware.
- Banyak Makan. Karena jumlah insulin yang tidak memadai, mendorong anak akan cepat merasa lapar. Anak akan terus merasa lapar, padahal baru selesai makan
- Banyak Minum, Sering Buang Air Kecil, dan Mengompol. Ketidakmampuan tubuh memproduksi insulin, tubuh akan mengalami dehidrasi. Itu yang menyebabkan rasa haus terus datang walaupun sudah minum banyak. Frekuensi buang air kecil makin banyak, bahkan ketika dia tidur
- Berat Badan Turun Drastis. Walau banyak makan, namun tidak menyebabkan berat badan anak bertambah. Ketidakmampuan tubuh mengolah dan menyerap gula darah, menyebabkan masa dan otot tubuh dan lemak menjadi menyusut.
- Emosi Tidak Stabil. Anak mudah merasa lelah karena kekurangan energi, disebabkan tubuhnya tidak lagi mampu menyerap gula dari makanan yang dikonsumsi. Anak juga mengalami perubahan emosi menjadi cepat marah dan murung.
Jika menemui gejalan di atas, orangtua sebaiknya berkonsultasi dan memeriksakan anaknya pada dokter. Orangtua harus aware jika anak banyak makan namun berat badannya tidak mengalami peningkatan dalam berbulan-bulan.
Belajar Dari Fulki
Kasus diabetes anak yang bisa menjadi pelajaran bagi orangtua adalah kasus Fulki Baharuddin Prihandoko (12). Fulki didiagnosa terkena diabetes ketika usianya 9 tahun. Saat itu, kesehatan Fulki menurun. Ia terlihat sangat lemas dan pucat. Walau sedang sakit, Fulki masih bisa bermain.
Aisyah dan Konang Prihandoko sebagai orangtua Fulki, menyadari kalau kesehatan anaknya menurun. Mereka membawa Fulki ke dokter dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Tak disangka, gula darah Fulki mencapai 750. Angka yang sangat tinggi, jauh dari angka normal.
Fulki mendapatkan pemeriksaan dan perawatan intensif. Dokter memastikan kalau Fulki mengidap Diabetes Melitus Tipe 1. Diagnosa yang disampaikan dokter membuat orangtua Fulki sedih. Mereka mengaku dunia bagai berhenti mengetahui apa yang diderita anak bungsunya.
Sedih tak mengubah takdir. Setidaknya itu yang ada di pikiran kedua orangtua Fulki. Akhirnya, dengan semangat dan kerja sama yang baik antara Fulki dan orangtuanya, mereka menjalani saja takdir ini. Fulki rutin berobat pada dokter. Mereka membuktikan kalau anak diabetes bisa hidup seperti anak lainnya.
Setiap hari, Fulki menyuntikan dirinya dengan insulin. Saat ini, dia sudah bisa menyuntikkan insulin sendiri, tanpa bantuan orangtuanya. Aisyah, ibu Fulki yang menyiapkan semua peralatannya dan Fulki tinggal membawaya kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolah. Fulki sudah bisa mengatur pola makannya, apa saja yang boleh dimakan dengan yang tidak boleh dimakan. Semuanya berkat kerjasama antara orangtua dengan Fulki.
Fulki bisa menjalani kehidupannya dengan normal. Tidak ada yang menyangka kalau anak aktif ini mengidap DM. Fulki aktif di kegiatan sekolah termasuk mengikuti ekstrakulikuler. Dalam waktu dekat, Fulki akan mengikuti camp di Australia. Karena sudah terbukti kalau dia bisa menjaga dirinya, orangtuanya pun tidak khawatir melepas anaknya.
Belajar Dari Fulki
Kasus diabetes anak yang bisa menjadi pelajaran bagi orangtua adalah kasus Fulki Baharuddin Prihandoko (12). Fulki didiagnosa terkena diabetes ketika usianya 9 tahun. Saat itu, kesehatan Fulki menurun. Ia terlihat sangat lemas dan pucat. Walau sedang sakit, Fulki masih bisa bermain.
Aisyah dan Konang Prihandoko sebagai orangtua Fulki, menyadari kalau kesehatan anaknya menurun. Mereka membawa Fulki ke dokter dan dilakukan berbagai pemeriksaan. Tak disangka, gula darah Fulki mencapai 750. Angka yang sangat tinggi, jauh dari angka normal.
Fulki mendapatkan pemeriksaan dan perawatan intensif. Dokter memastikan kalau Fulki mengidap Diabetes Melitus Tipe 1. Diagnosa yang disampaikan dokter membuat orangtua Fulki sedih. Mereka mengaku dunia bagai berhenti mengetahui apa yang diderita anak bungsunya.
Sedih tak mengubah takdir. Setidaknya itu yang ada di pikiran kedua orangtua Fulki. Akhirnya, dengan semangat dan kerja sama yang baik antara Fulki dan orangtuanya, mereka menjalani saja takdir ini. Fulki rutin berobat pada dokter. Mereka membuktikan kalau anak diabetes bisa hidup seperti anak lainnya.
Setiap hari, Fulki menyuntikan dirinya dengan insulin. Saat ini, dia sudah bisa menyuntikkan insulin sendiri, tanpa bantuan orangtuanya. Aisyah, ibu Fulki yang menyiapkan semua peralatannya dan Fulki tinggal membawaya kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolah. Fulki sudah bisa mengatur pola makannya, apa saja yang boleh dimakan dengan yang tidak boleh dimakan. Semuanya berkat kerjasama antara orangtua dengan Fulki.
Fulki bisa menjalani kehidupannya dengan normal. Tidak ada yang menyangka kalau anak aktif ini mengidap DM. Fulki aktif di kegiatan sekolah termasuk mengikuti ekstrakulikuler. Dalam waktu dekat, Fulki akan mengikuti camp di Australia. Karena sudah terbukti kalau dia bisa menjaga dirinya, orangtuanya pun tidak khawatir melepas anaknya.
Cegah Diabetes Dengan 5-2-1-0
Dr. Aman memberikan tips yang bisa diterapkan ahar risiko diabetes bisa kita hindari. Pakai rumus 5-2-1-0, jika rumus itu rutin dikerjakan, maka risiko diabetes pun bisa dihindari.
Rumus yang diberikan dr. Aman rasanya tidak sulit untuk dilakukan. Tugas kita hanya konisten dalam menjalankannya. Apalagi bagi anak-anak yang masih tergantung dengan orangtua. Bantu mereka untuk menjalankan pola hidup dan makan sehat.
Diabetes memang tidak menular sih, tapi membuat kita harus waspada juga. Ternyata tidak hanya orang dewasa saja yang bisa terkena diabetes, anak-anak juga. Jadi diabetes ini tidak menegenal usia dan status tapi memang dia yang terpilih ya kak.
BalasHapusIyaa, harusnya aware bangett. Karena DM bisa dibilang silent killer yaa
HapusKurangi makanan manis, dan ber olah raga sdh yang paling top ya untuk mencegah diabetes, apalagi kalau bisa banyakin makan buah sayur dan air putih
BalasHapusBetull.. jangan lupa olah raga ya
Hapusaduh aq baca kisah fulki bener2 nyesek deh mbak jadi ingat tahun lalu ibuku drop selama setahun krn dm
BalasHapusSemoga kita sebagai orangtua, lebih aware yaa
Hapus