Karir saya di dunia blogging dimulai dari sebuah komunitas literasi. Komunitas ini cukup famous di kalangan penggemar literasi. Anggotanya aja tersebar di seluruh dunia. Lewat komunitas inilah, saya kenal blog. Hingga akhirnya ditekuni sebagai sebuah passion. Sekarang saya mungkin lebih dikenal sebagai blogger daripada penulis :p Lagian tulisan saya yang dibukukan baru sekadar antologi saja. Bukan buku solo. Jadi, kaya tidak sah gitu loh jadi seorang penulis.
Literasi banyak banget kasih saya ilmu menulis yang manfaat banget buat karir blogging saya. Nulis itu jadi tidak asal-asalan, tahu mana kalimat yang enak dibaca dan mana yang tidak sesuai. Yah, gitu deh.
Ketika ada info soal Festival Literasi Sekolah 2019, saya jadi penasaran pengen datang. Acara yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini diselenggarakan di Gedung Kemendikbud Senayan. Acaranya diisi oleh bedah buku, pameran hasil karya literasi dari sekolah tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK.
Ada kompetisi yang diadakan kaya Cipta Cerpen, Meme, Komik, dan Syair. Kompetisinya diikuti oleh anak-anak SMA dan setingkatnya. Rame deh eventnya. Walau saya baru bisa datang di hari terakhir, tapi keseruannya masih berasa. Saya masih sempat keliling stand yang ada.
Hari terakhir Festival Literasi 2019, di panggung utama ada bedah buku 'Tomo'. Karena penasaran sama isi bukunya, saya sama temen blogger lain ikutan duduk bareng pengunjung lain.
Buku 'Tomo' yang ditulis oleh Sari Okano ini berisi tentang kisah nyata pengasuhan anak berkebutuhan khusus, dimana anak tersebut adalah anak penulis sendiri. Sari Okano ibu dari Tomo, merupakan warga negara Indonesia yang menikah dengan warga negara Jepang kemudian menetap di Jepang.
Kisah dalam bukunya banyak banget mengajarkan kita bagaimana bersabar dalam pengasuhan anak-anak. Karena tiap anak yang terlahir itu unik, maka pengasuhan mereka tidak bisa sama. Bahkan anak sekandung pun bisa jadi beda cara mengasuhnya.
Kisah Sari Okano yang merawat sendiri Tomo (Autis) lebih menantang lagi karena dia merawat sendiri anaknya di negeri sakura tanpa pengasuh atau Nanny. Sari Okano menerapkan sistem pengasuhan ala Jepang yang kita kenal sangat disiplin.
Hasilnya, walau autis, Tomo tidak seperti anak autis lainnya. Tomo bisa duduk tenang dan memiliki banyak kemampuan seperti anak normal lainnya. Tomo bisa bermain piano, memasak, hingga berkebun. Tomo nampak seperti anak-anak Jepang yang tertib, tidak grasak grusuk. Usia Tomo sudah masuk kepala 2, dan menurut Sari Okano, putranya sedang mengalami pubertas. Mulai suka dengan lawan jenisnya.
Yang membuat saya makin kagum pada Sari Okana, ibunda Tomo, kesabarannya dalam mengasuh. Sari selalu menanamkan aspek ilahiyah dalam merawat Tomo. Tomo bisa shalat, mengaji, dan gemar shalawatan. Terlihat banget penerimaan Sari Okano terhadap takdir Allah. Anak istimewa yang dimiliki adalah titipan yang harus dijaga.
Mencintai literasi artinya kita menjaga budaya bangsa. Cinta literasi tidak sekadar beli dan koleksi buku. Tapi lebih dari itu.
Event Festival Literasi Sekolah yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, diharapkan bisa membuat anak-anak lebih kreatif dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Terutama yang berhubungan dengan literasi.
Literasi itu santun. Orang yang mencintai literasi biasanya akan menjadi orang yang berwawasan luas, santun, dan tidak asal. Jadi, cintai literasi yang benar. Bukan sekadar kreatif menciptakan karya namun terkesan tidak santun.
Ketika ada info soal Festival Literasi Sekolah 2019, saya jadi penasaran pengen datang. Acara yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini diselenggarakan di Gedung Kemendikbud Senayan. Acaranya diisi oleh bedah buku, pameran hasil karya literasi dari sekolah tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK.
Ada kompetisi yang diadakan kaya Cipta Cerpen, Meme, Komik, dan Syair. Kompetisinya diikuti oleh anak-anak SMA dan setingkatnya. Rame deh eventnya. Walau saya baru bisa datang di hari terakhir, tapi keseruannya masih berasa. Saya masih sempat keliling stand yang ada.
Bedah Buku, Satu Cara Cintai Literasi
Hari terakhir Festival Literasi 2019, di panggung utama ada bedah buku 'Tomo'. Karena penasaran sama isi bukunya, saya sama temen blogger lain ikutan duduk bareng pengunjung lain.
Buku 'Tomo' yang ditulis oleh Sari Okano ini berisi tentang kisah nyata pengasuhan anak berkebutuhan khusus, dimana anak tersebut adalah anak penulis sendiri. Sari Okano ibu dari Tomo, merupakan warga negara Indonesia yang menikah dengan warga negara Jepang kemudian menetap di Jepang.
Kisah dalam bukunya banyak banget mengajarkan kita bagaimana bersabar dalam pengasuhan anak-anak. Karena tiap anak yang terlahir itu unik, maka pengasuhan mereka tidak bisa sama. Bahkan anak sekandung pun bisa jadi beda cara mengasuhnya.
Kisah Sari Okano yang merawat sendiri Tomo (Autis) lebih menantang lagi karena dia merawat sendiri anaknya di negeri sakura tanpa pengasuh atau Nanny. Sari Okano menerapkan sistem pengasuhan ala Jepang yang kita kenal sangat disiplin.
Hasilnya, walau autis, Tomo tidak seperti anak autis lainnya. Tomo bisa duduk tenang dan memiliki banyak kemampuan seperti anak normal lainnya. Tomo bisa bermain piano, memasak, hingga berkebun. Tomo nampak seperti anak-anak Jepang yang tertib, tidak grasak grusuk. Usia Tomo sudah masuk kepala 2, dan menurut Sari Okano, putranya sedang mengalami pubertas. Mulai suka dengan lawan jenisnya.
Yang membuat saya makin kagum pada Sari Okana, ibunda Tomo, kesabarannya dalam mengasuh. Sari selalu menanamkan aspek ilahiyah dalam merawat Tomo. Tomo bisa shalat, mengaji, dan gemar shalawatan. Terlihat banget penerimaan Sari Okano terhadap takdir Allah. Anak istimewa yang dimiliki adalah titipan yang harus dijaga.
Cintai Literasi Dengan Benar
Mencintai literasi artinya kita menjaga budaya bangsa. Cinta literasi tidak sekadar beli dan koleksi buku. Tapi lebih dari itu.
Event Festival Literasi Sekolah yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, diharapkan bisa membuat anak-anak lebih kreatif dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Terutama yang berhubungan dengan literasi.
Literasi itu santun. Orang yang mencintai literasi biasanya akan menjadi orang yang berwawasan luas, santun, dan tidak asal. Jadi, cintai literasi yang benar. Bukan sekadar kreatif menciptakan karya namun terkesan tidak santun.
Wah seru banget nih Mbak acaranya. Banyak bukunya juga ya yang ada di sana hihi
BalasHapusWah saya jadi pingin nih Mbak ikutan acara festival literasi ini hihi
BalasHapusWah ini jadi acaranya dengan banyak karya anak sekolah mulai dari SD sampai dengan SMA ya Mbak
BalasHapusWah saya jadi penasaran nih Mbak sama karyanya yang dipamerkan. Sepertinya bagus banget nih
BalasHapuswow mupeng bisa lihat banyak buku dan acara2nya yg bermanfaat. moga bisa ikutan kalo ada lagi :)
BalasHapusmoga2 festivasl literasi kayak gini nyamperin kota2 lain juga
BalasHapusaduuuh, itu penulis buku TOMO hebat bangett euy
--bukanbocahbiasa(dot)com--
wah festival keren ini ya.. melatih dan mengasah kemampuan literasi anak2. lombanya juga unik2.
BalasHapusFestivalnya memang bagus. Banyak karya siswa yang bikin saya terkagum-kagum. Semoga semakin banyak yang melek literasi. Biar lebih adem juga jadinya
BalasHapusIya gerakan literasi kudu terus dilakukan mba mengingat anak muda jaman sekarang lebih suka yang audio visual padahal nanti kalo bikin paper atau skripsi kudu berdasarkan buku kan hehehe
BalasHapusWuih seru, aku paling suka kalau datang ke acara yang ada pameran atau pertunjukan. Dapet ilmu dan kemeriahan...yuhuuu...
BalasHapusSuka quote terakhirnya >>> Mencintai literasi artinya kita menjaga budaya bangsa. Cinta literasi tidak sekadar beli dan koleksi buku. Tapi lebih dari itu.
Thanks for sharing, sukses terus,.
BalasHapusWah saya mendukung banget adanya festival literasi kayak gini, kalau perlu dibikin sering dah! Biar generasi kita bisa melek literasi. Mencintai literasi betul banget kita bakal menjadi orang dengan wawasan luas, tapi etika juga perlu ya kita junjung tinggi.
BalasHapussetuju banget, dengan cinta literasi, anak-anak lebih kreatif dalam mengekspresikan ide-ide mereka. Terutama yang berhubungan dengan literasi.
BalasHapusLiterasi itu santun. Orang yang mencintai literasi biasanya akan menjadi orang yang berwawasan luas, santun, dan tidak asal. Jadi, cintai literasi yang benar. Bukan sekadar kreatif menciptakan karya namun terkesan tidak santun.
Untuk saat ini, PR terbesar aku adalah masih memberikan "paksaan" alam bawah sadar buat anak anak agar suka buku dan suka menulis
Mbak, saya kok tertarik dengan buku Tomo ya... itu ada di gramed gak?
BalasHapussetuju, mba...orang yang mencintai literasi biasanya akan menjadi orang yang berwawasan luas, santun, dan tidak asal. makanya sejak kecil anak-anak harus kita arahkan untuk mencintai literasi ya
BalasHapusEh kita sama2 dari organisasi itu ya kak uci. Dan akupun demikian, belum punya buku solo sehingga ga layak disebut penulis. Kita blogger aja ya. Btw, aku dulu pernah nonton dintvri tentang literasi anak, dan dari penjelasan sang ibu yg mewakili kemendikbud, literasi anak itu memnag penting banget
BalasHapusSemakin banyak sekolah yang mengadakan festival literasi sekolah yang serupa, pasti akan semakin banyak anak yang tambah mencintai literasi ya ...
BalasHapusBagus banget ide festival literasi buat anak-anak SDSMP dan SMA yang memang harus lebih paham
BalasHapusSetuju sama Mbak Suci Husna, kalau orang yang berliterasi akan memiliki sikap yang santun sopan dan menurutku rata-rata mereka cerdas karena banyak memahami berbagai persoalan.
BalasHapusAdik Tomo muslim yaa...?
BalasHapusAku jadi ingat bahwa Tomo artinya teman.
Dan pernah baca bukunya juga bahwa kalau memiliki anak Autis itu...ibunya lah yang harus belajar. Jadi tidak bisa di didik oleh sembarang "guru".
MashaAllah~
Ladang pahala yang besar untuk Ibundanya yaa..
Ngobrolin baca bedah buku, lama juga aku ufah gak bedah buku. Bahkan kayaknya baca buku aja lupa kapan terakhir. Efek apa-apa sekarang tinggal cari di internet, bahkan bisa dibilang kalau tekonologi itu dalam genggaman.
BalasHapusKagum aku juga sama bakat2 mereka Dan amaze bngt begitu yg bikin ternyata anak2 remaja FLS mudah2an bisa trs Ada ya biar wadah mereka Ada yg tampung
BalasHapusCatatan banget nih, terutama di bagian ini:
BalasHapus"... literasi itu santun. Orang yang mencintai literasi biasanya akan menjadi orang yang berwawasan luas, santun, dan tidak asal. Jadi, cintai literasi yang benar. Bukan sekadar kreatif menciptakan karya namun terkesan tidak santun!"
Ulang lagi,
Berwawasan luas, santun dan tidak asal!
Mestinya lebih banyak lagi festival mendidik untuk anak2 seperti ini ya. Sedih lihat anak2 sekarang lebih senang kumpul bareng teman untuk main game di handphone.
BalasHapusFestifal semacam ini patut di contoh mba.. apalagi untuk anak2.. pengenalan literasi sejak dini emang penting sekali..
BalasHapusBerharap segera ada di Surabaya juga
BalasHapusMemancing anak saya untuk suka juga dengan literasi jika ada event seperti ini
Baca cerita ibu Sari Okano bikin haru sendiri jadinya. Ngga sekedar bikin karya tetapi juga harus santun ya. Karena adab sebelum ilmu. Noted kakak uciii..
BalasHapus