akhirnya, setelah terendap begitu lamanya, tulisan ini
saya sentuh juga :p
Tiap kali saya berpapasan dengan orang dalam kondisi gendong
Khal, lalu orang itu nanya 'anak keberapa?' dengan cepat saya menjawab
'keempat', ekspresi mereka sudah bisa ditebak. Amaze, kaget, heran, yaa semacam
itu. Saya sering kali mikir, apa salah yaa punya banyak anak? Atau mereka masih
ngga nyangka, perempuan yang wajahnya masih cocok jadi anak kuliahan ini kok
bisa punya banyak anak hahahha.
Perkembangan jaman yang diikuti majunya pemikiran banyak
orang, mungkin punya banyak anak bukan lagi sebuah hal yang harus dilakukan.
Ada yang merasa cukup dengan punya 2 anak, bahkan ada aja yang ngga mau punya
anak. Alibinya, kalau punya anak, karir jadi terhambat, ngga bisa hangout
bareng teman-teman, sampai takut uangnya abis buat gede-in anak. Hmmm, serahhh
dah.
Kita ngga bisa sih ngatur orang lain. Karena kan yaa siapa
juga kita, kok bisa-bisanya ngatur orang yang ngg ada hubungannya sama kita.
Masalah mau punya anak berapa kek, itu urusan pribadi yang harusnya sih ngga
usah ribet ikut campur.
Banyak Anak, Dibawa Happy Aja
Ketika ketemu orang dan mereka nanya berapa anak saya,
kebanyakan mereka pasti bilang 'widihhh.. banyak juga anaknya,
kecil-kecil produktif sekali'. Saat mereka ngomong gitu, biasanya saya cuma
balas senyum aja sambil bilang 'rezekinya memang segitu'. Tapi
pernah juga merasa kesal dan rasanya pingin banget bilang 'gue ngga
minta duit sama lo juga kali buat gedein anak'. Ribet amat ya
rangorang.
Dari awal menikah, saya sama suami memang sepakat buat punya
anak lebih dari satu. Suami itu anak kelima dari lima bersaudara. Sedangkan
saya, anak kedua dari empat bersaudara. Dari gen nya saja sudah jelas yaa,
kalau kami lahir dari keluarga besar. Awalnya suami maunya punya lima anak,
tapi saya pinginnya cukup tiga saja. Menurut saya, tiga itu ngga terlalu banyak
dan ngga terlalu sedikit juga, pas. Tapi takdir berkata lain, Allah kasih bonus
satu anak lagi :)
"but please, jangan pernah ngomong ke saya buat
nambah anak (lagi) hanya karena anak perempuan saya cuma satu. Memang saya tahu
itu bercanda, tapi menyakitkan dan ngga lucu sama sekali, loh. Apalagi kalau yang ngomongnya itu punya
anak juga ngga, atau yang cuma punya satu or dua anak saja"
Keputusan pasangan suami istri untuk punya anak berapa,
mutlak jadi hak mereka ya. Pasti ada pertimbangan yang sudah dipikirkan dengan
baik. Toh anak meraka adalah tanggung jawab mereka. Rasanya, ngga perlu lah
ikut campur karena memang bukan urusan kita, kan.
Alasan kenapa akhirnya saya dan suami merasa cukup
dengan EMPAT (dibold biar dramatis) anak, karena
kami meyakini kalau anak adalah investasi. Bukan sekadar investasi di dunia,
tapi lebih pada investasi akhirat (wah, berat deh kalau sudah omongin
soal akhirat :p)
Saya dan suami ngga bisa memastikan, bakal jadi apa
anak-anak kami kelak. Bakal memilih jalan yang mana mereka nantinya. Tugas kami
buat mereka adalah kasih arahan. Mana yang baik, mana yang buruk, mana yang
sebaiknya dilakukan, dan mana yang sebaiknya jangan dilakukan. Saya dan suami
berusaha memberikan pengaruh yang baik. Apa yang kami mampu, ya kami lakukan
untuk mereka.
Saya selalu percaya, kalau Allah tuh selalu memberikan yang
terbaik buat hambanya. Saya ditakdirkan punya anak empat dan saya yakin itu
yang terbaik. Istilah banyak anak banyak rezeki, ya ada benarnya juga. Walau
jatuh bangun demi menyediakan apa yang anak-anak butuhkan. Sering merasa ngga
cukup. Tapi ketika perasaan itu datang, balik sadar kalau ada Allah. Kan anak
dikasih sama Allah, ya tinggal minta dicukupkan saja sama Allah.
Kadang tuh masih suka ngga percaya kalau bisa sampai punya
empat anak. Ngga pernah menyangka saja kalau sanggup mengurus anak-anak tanpa
assisten rumah tangga. Pernah rasanya pingin menyerah saking capeknya. Mengurus
semua muanya sendiri, eh suami bantuin juga sih walau dikit.
Pingin gitu minta dicariin yang bisa bantu-bantu setiap hari
di rumah. Tapi terus mikir lagi soal biayanya. Bakal nambah lagi pengeluaran
tiap bulan. Sedangkan pengeluaran rutin yang lain saja sudah banyak banget. Yha
sudahlah, akhirnya dinikmatin saja. Kalau memang tenaganya sudah ngga ada buat
mengerjakan kerjaan rumah yang ngga selesai-selesai, yasudah ditinggal rebahan
atau scrolling social media atau buka viu. Ngga ada yang protes juga,
kok.
Saling Respect
Punya anak berapapun, sama capeknya. Jadi seterah lah orang
mau punya anak berapa, ngga perlu ikutan komentar. Yang punya anak dikit, ngga
perlu nyindir-nyindir mereka yang anaknya banyak. Pun sebaliknya. Saling rescpect saja.
Konsekuensi punya anak sama, kok. Kita mesti mendidik mereka dengan baik,
mencukupi kebutuhan, kasih makan, memberikan pendidikan yang layak, sampai
mengurus kesehatan mereka. Jangan mau bikinnya doang, tapi ngurusnya
ogah.
Jadi, please keep your words. Karena kata-kata
yang keluar dari mulut kita itu, bisa berefek tajam buat lawan bicara kalau
tidak dimanage dengan baik. Yang kamu anggap biasa saja, belum
tentu dianggap biasa saja sama lawan bicara. Lebih-lebih tentang urusan pribadi
yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya sama kita.
Mau orang itu punya anak berapa kek, bukan urusan kita.
Daripada mengurusi jumlah anak, mending kasih support saja kaya kasih makanan
atau hadiah gitu. Lebih bikin happy, ya kan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.