'Kok, anak saya kecil?'
'Kok, anak saya lebih pendek dari teman seusianya?'
Pertanyaan seperti itu, sering terlintas dalam pikiran saya. Sejak anak ketiga lahir dan saya lihat dia ngga 'setinggi' kakak-kakaknya, jujur saya mulai cemas. Saat itu, saya masih menjadi kader Posyandu, jadi saya rutin memerhatikan tumbuh kembangnya. Saya juga lebih mudah berkonsultasi dengan bidan wilayah. Saya rutin mencatat tinggi dan berat badan di Kartu Menuju Sehat (KIA).
Kenyataan pahitnya, anak saya memang pendek. Tingginya kurang 2cm dari tinggi minimal anak seusianya dan itu membuat dia berada di bawah garis merah. Ada yang bilang, itu hanya masalah gen. Karena saya memang ngga tinggi, bisa jadi si anak ketiga ini mengikuti postur tubuh saya.