Buat buibu yang punya anak pre-teen, pernah ngga sih ngomongin soal edukasi seks dan reproduksi? Masyarakat kita masih menganggap ngobrolin soal seks ke anak itu tabu, malu. Jadi, tema seks jarang banget jadi bahan diskusi dengan anak. Padahal, pendidikan seks sejak dini, sangat penting. Jangan sampai anak jadi penasaran dan tahu dari orang lain.
Memberikan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi menjadi tanggungjawab orangtua. Anak berhak tahu dari orangtua, tentang pentingnya menjaga alat vital dan organ reproduksi. Karena, pendidikan yang benar akan berpengaruh pada masa depan mereka nantinya.
Mengutip dari halodoc, ada beberapa alasan kenapa bahasan soal seks perlu diedukasi sejak dini. Alasan yang dimaksud diantaranya :
- Memenuhi rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seorang anak itu tinggi. Terlebih lagi saat mereka masuk ke usia remaja. Pengetahuan seks yang diberikan sejak dini, akan menjadi bekal mereka untuk menyaring informasi yang simpang siur di luar.
- Mencegah anak melakukan aktivitas seksual yang tidak benar. Anak yang teredukasi dengan baik, akan mengurangi risiko penasaran. Dengan memberikan informasi yang benar, diharapkan anak bisa menghindari aktivitas seksual yang tidak benar.
- Agar tidak terkejut saat memasuki usia pubertas. Saat anak masuk masa pubertas, banyak sekali perubahan yang terjadi. Agar anak tidak kaget dan bisa menerima perubahan dalam dirinya, maka pendidikan seks sangat diperlukan untuk dikenalkan sejak dini.
- Sadar akan pentingnya menjaga organ reproduksi. Anak perlu tahu tentang bagaimana menjaga organ vitalnya. Jangan sampai disentuh oleh orang lain. Anak juga diajarkan bagaimana mereka harus menjaga kebersihan organ reproduksinya.
Itu alasan pentingnya pendidikan seks sejak dini dilakukan ke anak, sejak anak masih kecil. Kita ngga mau ya, kalau anak-anak kita akhirnya tahu soal seks malah dari jalan yang salah.
Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi Bagi OYPMK dan Remaja Disabilitas
Bahasan soal pentingnya edukasi seksual dan reproduksi, jadi bahasan di diskusi ruang publik bersama KBR dan NLR Indonesia pada Rabu (25/05) lalu. Pubertas sendiri sudah sangat menantang bagi anak, terlebih jika anak atau remaja dengan diabilitas seperti orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK). Pubertas bagi OYPMK akan sangat menantang ngga cuma bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi keluarga, lingkunan dan guru serta pendampingnya.
Dalam diskusi Ruang Publik KBR ini, hadir 3 narasumber diantaranya:
- Nona Ruhel Yabloy, Project Officer HKSR, NLR Indonesia
- Westiani Agustin, Founder Biyung Indonesia
- Wihelmina Ice, Remaja Champion Program HKSR
Menurut Nona, Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi itu penting. Apalagi bagi anak-anak, terutama anak dengan disabilitas. Mereka punya hak untuk tahu bagaimana menghadapi perubahan yang akan terjadi ketika pubertas. Tujuannya, mencegah anak-anak mengalami kekerasan seksual yang mungkin saja bisa terjadi jika anak tidak punya cukup informasi.
Nona menambahkan, kekerasan seksual pada anak yang terjadi saat ini, karena memang kurangnya informasi seksual yang didapat oleh anak. Banyak orangtua yang menganggap bahasan soal seksual ini ngga penting. Imbasnya, anak jadi gagap soal bagaimana menjaga organ reproduksi mereka. Menurut Nona, masih ada loh anak yang ngga ganti pembalut seharian karena dia ngga tahu. Bayangin, anak yang sedang haid, lagi banyak-banyaknya darah keluar tapi ngga ganti pembalut. Padahal pembalut itu harus diganti maksimal 4 jam.
Apalagi dengan anak dengan disabilitas. Perlu banget dikasih tau bagaimana treatment ketika sedang haid. Bagaimana membersihkannya dan apa yang tidak boleh dan boleh dilakukan saat haid. Pun dengan remaja laki-laki, perlu banget diberikan edukasi bagaimana mereka menghadapi pubertas.
Westiani dari Biyung Indonesia mengatakan akses kesehatan seksual dan reproduksi masih belum merata, terutama pada perempuan. Masih banyak yang mengatakan kalau perempuan adalah penyumbang sampah terbesar. Sampah yang dimaksud adalah sampah pembalut yang cukup banyak. Dari situ, Westiani atau yang akrab disapa Ani membuat program hak menstruasi sehat dengan pembagian pembalut kain kepada para perempuan.
Target yang disasar oleh Biyung Indonesia adalah 80% dari kelompok miskin, menuju menegah, rentan, dan yang mengalami period poverty. Program pemberian pembalut kain ini memang masih belum tersebar secara merata. Namun Biyung Indonesia terus berupaya agar edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan reproduksi bisa tersebar. Dengan begitu, para perempuan bisa aware ketika mereka masuk masa menstruasi.
Edukasi Seksual dan Kesehatan Reproduksi Tanggungjawab Orangtua
Dalam diskusi, Nona menambahkan kalau edukasi seksual dan kesehatan reproduksi merupakan tanggungjawab kedua orangtua. Bukan hanya tugas ibu, tapi ayah harus berperan aktif.
Wilhelmina Ice, remaja dengan disabilitas mengatakan kalau dia sendiri mendapatkan edukasi seksual ini di usia 13 tahun. Di usia pertama kali dia haid. Sebenarnya, usia 13 tahun sudah dibilang terlambat untuk memberikan edukasi. Seharusnya, sejak sebelum anak masuk ke masa pubertas. Kalau menurut Ani, edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR) sudah bisa diberikan sejak mereka balita dan masuk usia diterapkannya toilet training. Karena di situlah waktu yang tepat bagi orangtua dan anak bicara soal ketubuhan anak.
Ani menambahkan, hanya 20% populasi keluarga Indoensia yang memiliki waktu yang cukup, dalam membicarakan soal edukasi HKSR pada anak. Sisanya, 80% orangtua tidak punya waktu dan siap memberikan edukasi HKSR pada anak-anaknya.
NLR Indonesia memiliki program yang bernama My Body is Mine. Program ini diberikan tidak hanya pada anak atau anak dengan disabilitas (OYPMK), tapi juga diberikan kepada orangtua dan pendamping. Ini dimaksudkan, apa yang didapat anak di sekolah, orangtua bisa paham. Tujuannya, menyamakan frekuensi antara orangtua dan anak.
Over all, tidak hanya anak normal yang perlu diedukasi tentang HKSR ini. Anak dengan disabilitas, terutama OYPMK ini juga punya hak mendapatkan edukasi. NLR Indonesia dan Biyung Indonesia bisa menjadi perpanjangan tangan bagi orangtua yang butuh edukasi seputar HKSR pada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.