Kita tahu ya kalau penyandang disabilitas memang mereka yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan mereka terkadang jadi penghambat dalam mengembangkan diri. Ada rasa minder dengan mereka yang normal. Padahal dibalik keterbatasan yang dimiliki, pasti ada kemampuan atau kelebihan yang bisa diasah.
Bicara soal disabilitas, banyak sekali ya jenis disabilitas yang ada. Salah satunya, penderita kusta yang masuk kategori disabilitas. Masih ada loh diskriminasi yang didapat dari para penderitanya. Even, ketika mereka sudah dinyatakan sembuh atau bisa dikatakan Release Form Treatment (RFT). Untuk penyandang kusta, predikat disabilitas itu akan tetap nempel. Hal itu yang jadi masalah psikologis bagi mereka yang mengalami kusta.
Karena permasalah kusta dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) ini masih terus terjadi, jadi memang edukasinya berkelanjutan. Kembali, saya menyimak diskusi ruang publik bersama Ruang KBR lewat YouTube live streaming. Kali ini narasumber yang hadir diantaranya :
- Dr. Mimi Mariani Lusli, Direktur Mimi Institue
- Marsinah Dhedhe, OYPMK serta aktivis wanita
Penderita kusta, selain mengalami gangguan kesehatan, mereka juga rentan mengalami gangguan psikologis. Apalagi kalau lingkungan sekitar minim edukasi soal kusta, maka bisa mengganggu hubungan sosial si penderita dengan masyarakat sekitar. Kurangnya dukungan dari masyarakat, penderita kusta akan merasa tidak bebas dan jadi tidak nyaman dalam hubungan bermasyarakat. Efeknya, mereka jadi kurang mampu dalam pemenuhan hak hidup dan lingkungan inklusif hanya jadi angan-angan mereka saja.
Menurut Dr. Mimi yang sering mendapatkan curhat dari OYPMK, kalau mereka sering mengalami gangguan psikis. Karena kebanyakan dari mereka, merasa tidak akan diterima oleh masyarakat. Ketika dokter memvonis kusta, para penderita kusta pastinya syok. Dunia seakan runtuh dan segala pikiran negatif bermunculan.
Dr. Mimi menambahkan, faktor penyebab gangguan psikis penderita kusta diantaranya:
- Pengetahuan dan informasi yang kurang soal kusta. Informasi yang salah dan keliru menjadikan penderita kusta dijauhkan.
- Stigma buruk dari masyarakat. Masih ada yang menganggap kalau kusta adalah penyakit kutukan. Padahal itu adalah hanya mitos yang berkembang di masyarakat.
- Dukungan dari keluarga. Pelukan yang hangat dari keluarga, penderita kusta akan merasa percaya diri dan memiliki semangat untuk sembuh
- Ketika berada di lingkungan sekolah, mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak
- Saat terujun ke masyarakat, beri kesempatan mereka untuk terlibat didalamnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Komentarnya. Maaf, link hidup dan spam akan otomatis terhapus ya.